Sifat Manipulatif Pada Anak: Benar Memanipulasi Atau Sekadar Ekspresi? (bag.2)

Rizki Adis Abeba | 8 Maret 2019 | 12:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Apakah anak Anda pernah mendadak mengantuk ketika disuruh membereskan mainan padahal belum waktunya tidur? Atau mereka tiba-tiba merasa terlalu lelah untuk berjalan dan meminta digendong padahal baru berjalan sebentar? 

Namun untuk menjadi seseorang yang manipulatif, anak-anak tidak hanya harus bisa mengontrol perilaku Anda tapi juga mampu memprediksi bagaimana Anda atau orang lain akan bereakasi terhadap sikap mereka. Secara perkembangan, kebanyakan anak belum bisa berpikir dan mengaitkan orang lain dengan cara ini. Belum waktunya.

"Yang sering terjadi, apa yang disebut orang tua sebagai perilaku manipulatf sebenarnya hanyalah sekadar anak yang bertingkah menyebalkan atau mengganggu demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dalam Program Parenting Program, hal ini sering disebut sebagai 'hadiah yang tidak disengaja' yang mengacu pada orang tua yang memenuhi keinginan anak untuk menghindari perilaku menjengkelkan anak atau demi menghindari anak dari tantrum," jelas Dr. Alan Kazdin, professor psikologi asal Universitas Yale, AS, yang juga menciptakan metode parenting Kazdin.

Anak-anak memang belajar secara bertahap, dengan bantuan ornag tuanya, bahwa jika pada suatu titik mereka membutuhkan perhatian dan tidak didapatkan, maka mereka akan mencari cara untuk menarik perhatian dan mendapatkan apa yang diinginkan. "Orang dewasalah yang membentuk perilaku anak dalam merespon situasi. Anak-anak kita tidak memanipulasi kita, namun mereka hanya mengekspresikan apa yang telah kita latih mereka untuk dilakukan," urai Alan Kazdin. 

Lantas bagaimana cara membedakan apakah anak bersifat manipulatif atau tidak? Berikut perilaku yang kerap ditunjukkan oleh anak yang mempunyai kecenderungan sifat manipulatif:

1.Berdebat atau terus mengeluh mengenai semua hal yang berkaitan dengan peraturan dan tanggung jawab.
2.Sering mendistorsi atau mengalihkan kenyataan. Taktik paling populer yang mereka gunakan adalah "taktik mengapa". Mereka akan datang dengan berbagai alasan mengapa mereka tidak perlu, tidak harus, tidak bisa melakkan sesuatu dan mengapa hal tersebut sangat bodoh, tidak adil, atau tidak penting.
3.Membuat orang tua lelah untuk berdebat hingga akhirnya menyerah.
4.Menipu orang tua melalui janji-janji, berbohong, membuat alasan, menunda-nunda, dan bernegosiasi hingga akhirnya mereka mendapatkan apa yang diinginkan.

Apa yang harus dilakukan orang tua ketika mengetahui sifat manipulatif anak? "Orang tua harus melakukan intervensi dengan mengubah dinamika (respons dan perilaku). Sebagai orang tua, Anda harus menentukan sikap di depan anak dan ketika mereka berusaha memanipulasi Anda, Anda harus tetap tegas –namun tetap kembut—jika anak berusaha memanipulasi," saran Susan Rutherford. 

(riz)

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait