Batasan Unggah Konten Anak di Media Sosial yang Sering Diabaikan Orang Tua
TABLOIDBINTANG.COM - Menerapkan aturan privasi dalam mengunggah konten di media sosial berguna untuk memastikan bahwa semua pihak (orang tua dan anak) merasa nyaman dengan dinamika daring di keluarga. Jangan sampai ada pihak yang merasa dirugikan, sehingga hubungan orang tua dan anak berjalan harmonis. Susan Newman Ph.D, psikolog dan pakar parenting yang telah menulis 15 buku parenting asal New York, AS, mengatakan bahwa penting untuk menjaga privasi dan meminta izin anak sebelum mengunggah sesuatu tentang anak di media sosial.
Sebab kekecewaan anak terhadap citra mereka yang ditampilkan di media sosial oleh orang tuanya dapat merusak rasa percaya anak terhadap orang tua, sehingga berpotensi membuat renggang hubungan anak dan orang tua. "Ikatan batin antara orang tua dan anak sebenarnya sangat rentan dan saya pikir orang tua harus memastikan bahwa anak-anak sudah menyetuji apapun yang mereka bagikan (di media sosial). Mintalah izin pada anak demi kebaikan bersama," saran Susan Newman.
Lantas apa saja batasan-batasan dalam mengunggah konten tentang anak di media sosial? Hal pertama yang perlu diingat, kelak anak Anda bisa membaca dan melihat rekam jejak diri mereka yang Anda buat di media sosial. Perlakukan anak sebagaimana Anda atau seorang yang sudah dewasa ingin diperlakukan.
Jangan mengunggah foto, video, atau konten apapun yang berpotensi membuat anak merasa malu, hina, rendah, atau terinjak harga dirinya. Anda juga tidak diperkenankan mengunggah foto atau video anak tanpa busana yang layak. Dan yang sering tidak disadari orang tua, jangan mengunggah konten yang berisi informasi detail anak, misal kartu identitas anak, rapor sekolah, alamat sekolah, dan informasi pribadi lainnya. Juga, tidak perlu mengumbar hal-hal yang dirasa orang lain tidak perlu mengetahuinya.
Tidak kalah penting, orang tua harus mengunggah konten apapun terkait anak secara sadar, bukan karena didorong perilaku impulsif. “Masalahnya, orang tua bisa sangat impulsif mengenai (mengunggah konten anak) ini,” kata Richard Weissbourd, psikolog perkembangan anak, sekaligus dosen dan direktur proyek Making Caring Common di Universitas Harvard.
“Orang tua harus sangat memikirkan dengan benar apa yang mereka bagikan dan mengapa (harus dibagikan) di media sosial. Saya rasa banyak jebakan dan itu bisa berisiko membingungkan, mana yang menjadi kebutuhan orang tua dan mana kebutuhan anak,” kata Richard Weissbourd. “Penting untuk diperjelas, ‘Apakah ini benar-benar kebutuhan anak atau ini untuk saya? Dan jika ini tentang saya, apakah ada risiko untuk anak saya?’” lanjut Richard Weissbourd.
Mulailah memilah mana konten yang kira-kira bermanfaat bagi anak kelak. Atau setidaknya, bagikan sesuatu yang ketika dilihat beberapa tahun ke depan akan memunculkan memori dan kenangan indah tentang anak di masa kecilnya.
(riz)