5 Cara Menjawab Pertanyaan Sulit Yang Dilontarkan Anak
TABLOIDBINTANG.COM - Orang tua harus selalu bersiap menyambut masa kritis anak. Masa di mana si kecil mulai mempertanyakan semua hal yang baru diketahuinya. Si kecil dengan rasa ingin tahunya yang besar terkadang tidak hanya melontarkan pertanyaan yang bisa dijawab sambil memejamkan mata. Namun terkadang muncul pertanyaan yang membuat orang tua mengernyitkan dahi dan berpikir, “Dari mana dia bisa tahu hal itu? Bagaimana cara menjelaskannya?”, misalnya pertanyaan soal Tuhan, kematian, seks, hingga pertanyaan acak lain seperti mengapa bulan selalu berjalan mengikuti kita?
Menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan anak terkadang menjadi situasi sulit. Jika tidak dijawab, anak bisa mencari tahu dari sumber yang tidak tepat. Jika dijawab secara asal, maka jawaban itulah yang akan menjadi pegangan anak hingga ia dewasa. Jadi bagaimana cara menyikapi pertanyaan sulit dari anak dengan tepat?
Wayne Fleisig, Ph.D., psikolog di Children’s of Alabama di rumah sakit Birmingham, AS, mengatakan tidak apa-apa jika orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan anak saat itu juga. Namun pastikan Anda benar-benar mencari jawabannya dan berniat memberitahu anak di lain waktu. “Tidak apa, dan mungkin lebih baik–mengatakan ‘Itu pertanyaan bagus. Biarkan ibu memikirkan jawabannya dan kita bicarakan lagi nanti’. Namun pastikan bahwa ‘nanti’ benar-benar terjadi,” kata Wayne Fleisig.
Yang sering menjadi kesalahan kebanyakan orang tua adalah, mereka menjadi panik dan marah ketika tidak bisa menjawab pertanyaan anak, sementara anak terus mendesak mereka untuk menjawabnya. Padahal, Anda bisa melakukan lima trik berikut ini untuk menghadapi pertanyaan sulit dari anak.
1. Jangan panik, berteriak, ataupun memarahi anak ketika Anda merasa pertanyaan mereka terlalu sulit, aneh, dan tidak masuk akal. Tetaplah tenang dan coba tanyakan kembali secara mendetail pada anak, dan klarifikasikan hal apa yang sebenarnya ingin mereka ketahui.
2. Jangan mematahkan semangat mereka, jawablah dengan eskprsi yang menunjukkan antusiasme yang sama dengan anak.
3. Terkadang pertanyaan anak sebenarnya sederhana, orang tua lah yang berpikir terlalu rumit. Berusahalah untuk menjawab dengan kalimat yang sederhana, jika bisa diberikan contoh konkret yang bisa dipahami anak. Kangan membuat hal menjadi lebih rumit dan memaksa anak untuk memahaminya.
4. Jangan khawatir jika Anda harus menjelaskan tentang apa yang tidak disukai anak. Kenyataan terkadang memang tidak menyenangkan, namun anak tidak akan suka jika mengetahui orang tua berbohong kepada mereka.
5. Terkadang Anda harus menjawab pertanyaan dengan mengajukan pertanyaan lagi untuk memancing anak berpikir dan menemukan jawabannya sendiri. Misalnya ketika anak bertanya, “Kenapa kita harus menyayangi binatang?”, jawablah dengan pertanyaan, “Karena binatang juga mahluk hidup seperti kamu. Kamu, sebagai mahluk hidup, maunya disayang atau disiksa? Kenapa mau disayang?” Cara menjawab seperti ini akan membantu anak membangun kemampuan berpikir kritis dan melontarkan ide tentang banyak hal.
(riz / ray)