Fase Merangkak pada Bayi, Orang Tua Tak Perlu Paranoid Terhadap Kotoran dan Debu
TABLOIDBINTANG.COM - Setelah menghabiskan beberapa bulan pertama kehidupan hanya di tempat tidur atau gendongan, setelah bisa merangkak bayi mulai bereksplorasi dengan ruangan dan benda-benda di sekitar. Mereka bisa berpindah sesuka hati, merangkak di lantai hingga tanah, menyentuh benda apa pun yang dilihat—kemudian dimasukkan ke dalam mulut—sehingga sulit menjaga kebersihan mereka. Di balik kerepotan mengejar dan membersihkan tubuh bayi yang mulai merangkak, ketahuilah fase ini merupakan tahap penting dari pertumbuhan bayi dan menyimpan banyak manfaat.
“Merangkak membantu menguatkan tangan, lengan, lutut, dan pundak karena bayi harus secara konstan mengaktifkan otot-otot di bagian tubuh itu untuk menopang berat badan mereka,” kata Felice Sklamberg, terapis tumbuh kembang anak dari Sekolah Kedokteran Universitas New York, AS. Merangkak juga fase di mana anak belajar tentang keseimbangan, koordinasi gerak mata dan tangan, serta pemahaman spasial.
Bersama dengan penguatan otot-otot tubuh, mekanisme merangkak menstimulasi berbagai area berbeda dalam otak yang penting untuk proses belajar anak di masa depan. Ketika anak mulai merangkak, gerakan berulang pada merangkak membantu merapikan sel-sel saraf yang membuat otak mampu mengontrol proses kognitif seperti perbandingan, konsentrasi, dan ingatan.
Ketika bayi merangkak, mereka juga mulai belajar memutuskan ke arah mana mereka akan bergerak, mempelajari dimensi ruang dan jarak, serta belajar memercayai intuisi. Kemampuan koordinasi gerak tangan dan mata juga kelak membantu mereka dalam belajar menulis, membaca, dan kegiatan olahraga. “Anak-anak yang melewati fase merangkak akan melalui kesulitan ketika harus menceburkan diri ke kolam, memanjat, mengambil benda yang jatuh, atau bangun dari lantai ketika di usia lebih besar,” urai Sklamberg.
Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Di sisi lain, merangkak juga fase di mana bayi mulai banyak bersentuhan dengan kotoran. Tidak peduli seberapa sering Anda membersihkan lantai dan rumah, bayi yang mulai merangkak sulit dipisahkan dari debu dan kotoran. Bahkan jika lantai Anda sudah dilapisi karpet, bayi tidak terhindarkan dari debu.
“Gerakan merangkak pada bayi akan menghamburkan partikel debu yang terakumulasi di karpet dan membuat debu beterbangan ke udara,” Brandon Boor, asisten profesor teknik sipil serta teknik ekologi dan lingkungan di Universitas Purdue di Lafayette Barat, Indiana, AS, memaparkan hasil studinya dalam Jurnal Ilmu dan Teknologi Lingkungan.
Konsentrasi partikel debu di sekitar bayi jumlahnya 20 kali lipat lebih tinggi daripada level debu di tempat lain di ruangan. Partikel debu terdiri dari sel kulit, bakteri, serbuk sari, dan spora jamur. “Kebanyakan partikel itu mengalir masuk ke sistem pernapasan mereka. Paparan debu terhadap bayi bertambah karena jarak yang dekat antara zona pernapasan dan lantai,” sambung Boor.
Jangan khawatir, Bu! Sebelum Anda memutuskan mensterilkan setiap sudut rumah, Boor mengatakan, menghisap partikel debu dan bakteri sebenarnya hal yang baik untuk bayi. “Inhalasi yang mengandung mikroba udara seperti bakteri dan jamur serta alergen seperti serbuk sari dan alergen dari hewan—seperti tungau atau bulu kucing—pada anak usia dini akan memainkan peranan penting pada perkembangan (kekebalan tubuh) dan perlindungan dari penyakit asma, demam, dan alergi,” urai Boor.
Jadi apa yang harus dilakukan orang tua ketika bayi mulai merangkak? Awasi saja mereka agar tidak bersentuhan dengan benda-benda berbahaya. Bersihkan rumah seperti biasa, tidak perlu paranoid terhadap kotoran dan debu. Mengepel lantai dua kali sehari sudah ideal. Untuk bayi, cukup cuci tangan mereka atau mandikan mereka seperti biasa setelah bermain kotor-kotoran.
(riz)