4 Langkah Membangun Komunikasi dengan Anak Praremaja

Rizki Adis Abeba | 23 September 2019 | 13:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Fase praremaja (usia 11-15 tahun) seringkali menjadi masa yang sangat canggung bagi anak dan orang tua untuk berkomunikasi. Anak merasa mulai dewasa dan bisa menentukan sikap sesuai keinginan, sementara secara fisik mereka belum terlihat dewasa. Akibatnya, orang tua tetap memperlakukan mereka seperti anak-anak.

Memasuki usia praremaja, anak cenderung suka mendebat apapun yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka. Jika situasi canggung dan hambatan komunikasi tak bisa dipecahkan, hubungan anak dan orang tua bisa merenggang. Perlahan, orang tua kesulitan mengenali anak dan kehidupan mereka. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin terjadi hal yang tidak diinginkan. Misalnya, anak terjerumus ke pergaulan yang salah. Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua?

Lew Mi Yih, Direktur Eksekutif Cornerstone Community Services, komunitas sosial yang membantu mengatasi masalah keluarga, remaja, dan manula di Singapura menyebut, meski periode ini sulit, masa remaja merupakan tahun emas. Periode ini kunci untuk membangun karakter anak.

“Jika orang tua tetap tenang dan terus memberi waktu berkualitas untuk bicara dari hati ke hati serta melibatkan anak di kehidupan nyata, mereka bisa membimbing anak melalui masa praremaja yang penuh tantangan. Orang tua juga berkontribusi dalam perkembangan emosi dan moral mereka kelak,” beri tahu Yih. Untuk itu, ia membagi empat cara membangun komunikasi dengan anak praremaja.

Jangan Menghakimi

Ajukan pertanyaan untuk memahami situasi alih-alih langsung menuding kesalahan. Lalu, berikan solusi untuk membantu anak keluar dari masalah. Orang tua perlu mengubah gaya mereka dari yang gemar memerintah menjadi lebih bersahabat.

Anak remaja dan praremaja tetap butuh keleluasaan untuk mengembangkan kemampuan berargumen dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. “Jika mereka menghabiskan waktu terlalu banyak dengan layar ponsel dan media sosial misalnya, cari tahu apa yang membuat mereka begitu tertarik. Apa yang mereka cari di sana? Cari tahu hal itu untuk memahami dunia mereka. Dengarkan dan berempatilah dengan tekanan yang mereka hadapi. Bantu mereka melihat dunia lain yang lebih besar dari dunia maya atau lini masa medsos,” Yih menyarankan.

Berikan Ruang

Sebagai generasi yang lahir di era digital, anak-anak zaman now mendapat akses yang sangat mudah ke internet. Kadang, kita tidak bisa benar-benar percaya tentang apa yang dilakukan mereka di jagat maya atau mengapa mereka menjaga jarak dengan kita. Namun, memberi kepercayaan kepada mereka menjadi faktor penting untuk mempertahankan kelekatan hubungan orang tua dan anak. “Alih-alih menekan atau berusaha terlalu keras untuk masuk ke hidup mereka, pertimbangkan untuk mundur dan memberi ruang pribadi untuk anak,” Yih menukas.

Jadikan Keluarga Zona Nyaman

Memata-matai mereka tidak pernah menjadi pilihan bagus. Pastikan anak tahu bahwa keluarga adalah zona nyaman. Di lingkungan keluarga, mereka dihargai sebagai individu. Ketika anak praremaja merasa punya keluarga sebagai tempat aman, tanpa diminta pun mereka akan menceritakan segala persoalan yang dihadapinya. Bagaimana membuat anak nyaman?

“Lakukan obrolan santai dengan anak ketika mereka relaks dan buat mereka sadar bahwa Anda sangat memperhatikan kehidupan mereka. Jika Anda merasakan adanya perubahan perilaku, ungkapkan perasaan Anda dengan lembut. Buat mereka tahu, Anda selalu siap membantu ketika ada masalah,” Yih berbagi kiat.

Bijak Menggunakan Media Sosial

Untuk memahami pemikiran anak, orang tua perlu masuk ke dunia mereka. Salah satunya, gunakan media sosial. Tapi berhati-hatilah ketika bermain media sosial. Jangan mempermalukan anak di jagat maya. Orang tua harus bisa menahan diri untuk tidak selalu menulis komentar di akun medsos anak. “Banyak orang tua tidak sadar bahwa membayang-bayangi, menasihati, atau menegur anak secara daring akan dibaca banyak orang,” Yih mengingatkan. Sebagai orang tua, Anda harus bisa memberi contoh berperilaku yang baik di medsos. Salah satunya, mengetahui kapan waktunya berkomentar dan bagaimana menulis komentar tanpa menyinggung perasaan. J riz

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait