Bu, Tidak Perlu Berkompetisi dalam Mengasuh Anak

Rizki Adis Abeba | 16 Oktober 2019 | 16:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - “Sudah umur 2 tahun, kok masih pakai diaper? Anakku sejak setahun sudah dilatih tidak pakai diaper, lo”; “Makannya disuapi, ya? Kalau anakku sudah pintar makan sendiri karena sejak awal dibiasakan metode baby led weaning”; atau “Badan anakmu kecil, ya?”

Kalimat-kalimat ini biasanya dilontarkan oleh para mompetitor, para ibu yang merasa harus berkompetisi menjadi orang tua terbaik. Dengan tujuan membandingkan atau membuktikan diri lebih baik, mompetitor kerap meluncurkan kalimat dan pertanyaan yang sukses membuat ibu-ibu lainnya galau. Pertanyaan mereka sederhana tapi menohok dan membuat orang berpikir, apa iya saya salah mengasuh anak? Apa benar anak saya lebih buruk daripada anak lain? Padahal kita semua tahu, menjadi orang tua bukanlah kompetisi. Lantas mengapa harus menjadi mompetitor?

Berusaha Meyakinkan Diri

Menjadi orang tua adalah pekerjaan tersulit di dunia. Bayi tidak lahir dilengkapi buku petunjuk pengarahan, sedangkan orang tua menghadapi puluhan bahkan ratusan pilihan yang harus diambil terkait cara asuh anak mereka. Dan setiap pilihan ada konsekuensinya. 

Di sisi lain, kemudahan mengakses informasi melalui internet dan media sosial membuat orang tua semakin sering dijejali informasi. Dari banyaknya informasi tentang metode asuh anak, tidak ada satu pun yang menyebutkan bahwa metode tertentu paling tepat untuk anak Anda. Maka, Anda yang harus memastikan, metode yang dipilih adalah paling sesuai. 

Sayangnya, dalam memastikan telah menerapkan metode asuh yang sesuai, orang tua sering melakukannya dengan cara membandingkan dengan orang tua lain. Demi meyakinkan diri, mereka menghakimi orang tua yang menempuh metode lain. Alhasil, muncullah komentar-komentar seperti di atas. Tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Bahkan orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan Anda, para artis misalnya, ikut dibandingkan.

“Karena tidak ada sistem penghargaan eksternal yang nyata, kita selalu merasa tidak cukup puas, apa pun yang telah dilakukan. Kompetitif dengan ibu lainnya tanpa disadari bisa menjadi cara untuk membuktikan bahwa yang kita lakukan sudah benar,” urai Mary Beth McClure, terapis keluarga dan pernikahan berlisensi dari California, AS.
Berhadapan dengan orang tua kompetitif tidak menyenangkan. Apalagi jika Anda tidak pandai berargumen. Jika terbawa perasaan, Anda bisa stres, sedih hingga menyalahkan diri sendiri. Nah, ini 4 cara yang bisa ditempuh dalam menghadapi mompetitor. 

Menyugesti Diri

Mungkin Anda tidak bisa melawan argumen para mompetitor yang pandai bersilat lidah. Jika ada orang lain membuat Anda tidak nyaman dengan gaya asuh yang Anda terapkan, McClure menyarankan Anda menyugesti diri dengan hal positif. “Situasi seperti itu hanya membutuhkan apa yang saya sebut 'suara baik' dalam praktik saya, yaitu mengingatkan diri sendiri bahwa kita semua sudah melakukan yang terbaik semampu kita dalam setiap momen yang ada,” urai McClure.
 

Mengingatkan

Mompetitor sering kali tidak bermaksud menyakiti, hanya saja tidak menyadari apa yang dikatakan memengaruhi suasana hati orang lain. “Mereka harus diingatkan, apa yang mereka katakan mungkin menyakiti orang lain,” saran McClure.

Jangan Terpengaruh Media Sosial

Bentengi diri Anda terhadap apa yang Anda lihat di media sosial. “Pikirkan soal sifat alami medsos. Orang, terutama para mompetitor, tidak akan mengunggah sesuatu yang negatif tentang anak mereka, jadi ingatlah bahwa ada sisi lain di balik kehidupan di medsos yang tidak Anda lihat. Jika ada mompetitor yang terus membuat Anda merasa tidak nyaman, tidak usah mengikuti atau membuka akun medsosnya, semudah itu,” bilang McClure.

Percayalah kepada Anak

Sesungguhnya yang tahu apakah yang Anda lakukan sudah benar, ya Anda dan anak. Yakinlah pada intuisi Anda dan perkuat dengan pendapat anak, terutama jika anak sudah bisa diajak berkomunikasi. “Mintalah anak berpendapat dan mengutarakan pengalaman mereka, apa saja hal yang menyenangkan dan tidak dalam kehidupan mereka. Dengan cara ini, Anda bisa mengevaluasi hal apa yang bisa terus dilakukan dan apa yang harus diubah dari gaya asuh Anda,” pungkas McClure.

(riz)

 

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait