Bu, Begini Cara Menstimulasi Kecerdasan Anak

Wida Kriswanti | 2 November 2019 | 01:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - ANAK tetangga masih kecil sudah pandai bermain piano. Jadi ingin, deh anak juga seperti itu. Maka didaftarkanlah segera anak ke sekolah musik terdekat.

Namun, yakin, bakat anak Anda sama dengan anak yang itu? Beda anak beda pintar, lo. 

Karena mengenali kecerdasan anak membutuhkan waktu 

Sejak beberapa tahun silam, dikenal satu cara mengenali kecerdasan anak “instan”, yakni fingerprint analysis atau fingerprint test.

Dengan bantuan sebuah mesin perekam sidik jari, kecerdasan anak teridentifikasi. Karena cara ini bisa dilakukan bahkan terhadap anak bayi, orang tua bisa sedini mungkin mengarahkan potensi anak tanpa takut salah arah—buang-buang waktu tidak efektif. 

 Thomas Armstrong, PhD, Direktur Eksekutif American Institute for Learning and Human Development yang sekaligus psikolog ahli di bidang multiple intelligences asal Amerika, menolak cara itu. 

“Tidak akurat,” ujar Armstrong yang juga seorang pengajar selama lebih dari 40 tahun, singkat. “Luangkan waktu. Itu cara paling tepat dan terbaik untuk mengenali (kecerdasan) anak,” sambungnya. 

Akan tetapi, sudah meluangkan waktu sekalipun, kecerdasan anak tidak kunjung terlihat jelas. Bahkan hingga anak berusia 3 atau 4 tahun. 

Armstrong menegaskan, orang tua tidak perlu terlalu cemas—kecuali jika anak termasuk yang berkebutuhan khusus. Kecerdasan satu orang anak bisa jadi tidak hanya satu. Dari 8 tipe kecerdasan yakni music smart, picture smart, body smart, nature smart, word smart, number smart, self-smart, dan people smart, bisa jadi anak memiliki dua atau lebih secara sekaligus.

“Well, biarkan anak-anak menjadi anak-anak. Setidaknya hingga mereka 6 tahun,” bilang Armstrong. Dalam kurun waktu itulah, orang tua bisa memanfaatkan untuk menstimulasi sebanyak-banyaknya kecerdasan anak. Memasukkan anak ke sekolah khusus, seperti misalnya les piano, boleh dilakukan jika anak menyukainya. “Jika anak tidak terlihat tertarik, sekolah (musik) itu justru akan membuat mereka bosan atau bahkan tertekan. Perkembangan kecerdasan mereka malah akan terhambat,” lanjutnya. 

Berikut ini beberapa kiat yang dapat dilakukan orang tua selama enam tahun pertama hidup anak untuk menstimulasi kecerdasan mereka menurut Armstrong.  

1. Biarkan anak menemukan minatnya sendiri. Perhatikan aktivitas yang dipilihnya. Kesempatan untuk bermain bebas dapat banyak menunjukkan kemampuan khusus yang dimilikinya. 

2. Perkenalkan anak kepada berbagai jenis pengalaman yang luas cakupannya. Hal ini dapat mengaktifkan kecerdasan pembelajaran laten mereka. Jangan berasumsi anak tidak cerdas pada area tertentu hanya karena dia tidak menunjukkan minat. 

3. Berikan kesempatan anak untuk melakukan kesalahan. Jika anak harus melakukan segalanya dengan sempurna, anak tidak akan pernah mengambil risiko untuk menemukan atau mengembangkan kemampuan khusus yang dimilikinya. 

4. Bertanyalah. Bantu anak untuk terbuka kepada hal-hal menarik di dunia dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti: kenapa langit berwarna biru? Temukan jawabannya bersama-sama.

5. Rencanakan kegiatan keluarga bersama. Kreativitas bersama dapat membangkitkan dan mengembangkan potensi pembelajaran yang baru. 

6. Jangan paksa anak untuk belajar. Jika anak-anak dikirim ke tempat kursus khusus setiap hari untuk belajar, dengan harapan mereka dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki, mungkin mereka malah menjadi terlalu stres atau lelah untuk bersinar. Beri semangat, tapi jangan pernah memaksa. 

7. Sediakan lingkungan yang kaya pengindraan. Sediakan materi di sekeliling rumah yang dapat merangsang indra: cat jari, alat perkusi, atau boneka. 

8. Jagalah minat belajar anak agar tetap hidup dengan memberi contoh. Anak akan mudah terpengaruh dengan contoh yang orang tua berikan. 

9. Jangan mengkritik atau menghakimi apa yang dilakukan anak. Anak dapat menyerah jika merasa dinilai. 

10. Bagi dan ceritakan kesuksesan Anda kepada keluarga. Membicarakan hal baik yang terjadi hari itu dapat berguna untuk meningkatkan kepercayaan diri anak.

11. Dengarkan anak. Hal yang sangat dia pedulikan dapat memberikan petunjuk tentang kemampuan spesialnya. 

12. Jangan suap anak dengan hadiah. Memberikan insentif agar anak dapat meraih sesuatu menandakan pembelajaran yang dilakukan tidak bermanfaat. 

13. Hindari membandingkan anak dengan anak lain. Bantuk anak untuk membandingkan dirinya dengan pencapaian masa lalunya. 

14. Berikan anak pilihan. Ini akan memupuk tekad dan mendorong inisiatif anak. 

15. Bermainlah dengan anak untuk menunjukkan citra kejenakaan Anda. 

 

Penulis : Wida Kriswanti
Editor: Wida Kriswanti
Berita Terkait