Gisell Gugat Cerai Gading, Sebab Istri Lebih Sering Gugat Cerai Suami

TEMPO | 21 November 2018 | 21:50 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Selama ini Gisella Anastasia dan Gading Marten dikenal sebagai pasangan muda yang serasi. Mereka tampak kompak dan harmonis. Pasangan yang menikah pada 14 September 2013 di Bali dikaruniai seorang anak, Gempita Nora Marten. Namun, diam-diam Gisella Anastasia melayangkan gugatan cerai terhadap Gading Marten.

Dikutip dari laman Divorcemag, sebuah studi oleh American Sociological Association baru-baru ini menemukan 69 persen perceraian diiniasi oleh perempuan. Bahkan 90 persen perceraian diprakarsai wanita yang berpendidikan perguruan tinggi. Perempuan umumnya mencari kedekatan dan kerentanan dalam pernikahan di mana, di bawah tabir pernikahan, sangat mungkin mewujudkan hal itu dengan seseorang yang kita pilih, atau belahan jiwa. Namun ketika perempuan ingin merasa terhubung dan bertemu dengan jawaban yang "salah", ini akan membuat batasan.

Wanita menginginkan koneksi tapi tidak tahu itulah yang mereka inginkan. Jadi pria perlu membaca pikiran mereka. Di sinilah gangguan komunikasi sering terjadi. Istri tidak mengatakan yang mereka inginkan, dan pria sama sekali tidak "mendapatkannya."

Prosesnya biasanya dimulai dengan bertanya-tanya mengapa begitu tidak bahagia. Mulai membaca buku-buku self-help. Mungkin mencari konseling, mulai berolahraga, atau melakukan beberapa bentuk pengembangan diri. Pada titik tertentu, merasa sedikit lebih baik, tapi ada sesuatu yang tidak aktif. Mungkin merasa kesepian, jadi dia melihat lebih dekat pada pernikahan.

Saat mulai melihat pernikahan, si istri menemukan banyak pelanggaran. Misalnya, suami tidak membantu mengurus anak, tidak menghabiskan waktu bersama, tidak mendengarkan, tidak membelikan hadiah, dan lainnya. Bahkan sama sekali tidak ada hubungan antara laki-laki dan perempuan. Faktanya, pernikahan itu terasa kosong bagi perempuan. 

Salah satu alasan istri ingin bercerai adalah ketidaksetiaan suami. Namun ada atau tidak ada perselingkuhan, biasanya ada titik di mana wanita mengajak suaminya untuk membantu "memperbaiki" hal-hal dalam rumah tangga mereka. Biasanya suami mendengar hal ini dan menyalahkan sang istri. Lagi pula, pikir suami, semuanya baik-baik saja. 

Saat upaya memperbaiki pernikahan dipenuhi penolakan, istri mulai berpikir perceraian satu-satunya cara untuk pergi. Jika suami tidak mau mengerjakan, lalu apa lagi yang harus wanita lakukan? Ini adalah titik penting di mana kata "perceraian" diinisiasi ke dalam percakapan.

Bercerai tidak pernah menjadi keputusan yang mudah. Saat seseorang mengucapkan kata-kata "Saya ingin bercerai," mereka kemungkinan besar akan meratapi perkawinan, dan terlambat untuk rekonsiliasi. Meski sang suami mungkin akan merasa sedih, akan malu dan menyalahkan. Mereka berdua hanya melihat kesalahan yang dibawa pasangan mereka ke meja hijau, dan menolak untuk melihat diri mereka masing-masing.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait