Menikah Muda, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?
TABLOIDBINTANG.COM - Ada beberapa orang yang sudah berusia cukup matang merasa belum siap menikah. Sementara di sisi lain, ada yang merasa sudah siap menikah meski usianya dianggap masih terlalu muda. Di usia berapa sesungguhnya seseorang dinyatakan siap menikah?
Mengacu pada Program Pendewasaan Usia Perkawinan dari Puslitbang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) disebutkan anjuran menikah di usia 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun tahun bagi laki-laki. Sementara beberapa pakar hubungan punya penilaian berbeda-beda di usia berapa seseorang sebaiknya menikah.
Weena Cullins terapis pernikahan dan keluarga dari AS misalnya, mengatakan berdasarkan pengalaman klinisnya, usia yang tepat untuk menikah bagi seorang wanita adalah di usia 28 tahun dan laki-laki di usia 30 tahun. Ini karena di usia tersebut mereka dianggap sudah punya kesadaran diri yang tinggi, kepercayaan diri, dan kestabilan emosional.
Sementara Kelsey Torgerson, terapis dan pekerja sosial klinis dari AS yang memfokuskan diri pada masalah perilaku, perceraian, dan hubungan antar pasangan mengatakan usia 25 tahun adalah saat yang tepat menikah, karena pada usia ini dianggap pemikiran seseorang sudah matang. Menikah sebelum usia 20 tahun dianggap rentan terhadap perceraian karena keadaan emosional dan pemikiran seseorang umumnya belum matang. Kategori usia dewasa sendiri menurut beberapa teori psikologi berkisar antara 20 sampai 25 tahun.
Akan tetapi di samping angka atau usia kronologis (usia berdasarkan tahun kelahiran), para pakar hubungan menggaris bawahi bahwa kedewasaan psikologis individu serta status psikososialnya—terkait kemandirian emosional dan finansial—adalah hal penting yang harus dipahami secara mendalam, jika ingin pernikahan berhasil. Anda boleh saja menikah di usia 20an awal—yang bagi sebagian orang masa kini dianggap masih terlalu muda—selama mempertimbangkan beberapa hal berikut ini.
Pertama, menurut psikolog Roslina Verauli dari Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, tanyakan pada diri sendiri dan pasangan, apakah sudah siap menjalin hubungan intim yang eksklusif? “Dalam pernikahan, setiap individu diharapkan mampu membina hubungan yang eksklusif, artinya hanya melibatkan Anda dan pasangan. Terutama dalam aktivitas seksual. Lebih tegasnya, tak lagi berganti-ganti pasangan seksual.”
Anda perlu meyakinkan diri sendiri terlebih dahulu dan mempersiapkan konsekuensi yang disebutkan tadi. Tak lagi berganti-ganti pasangan hingga beberapa puluh tahun ke depan.
Kedua, apakah Anda atau pasangan sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri? Dalam arti tidak tergantung pada orang tua. April Davis, pakar hubungan dan pemilik agen pencari jodoh di California, AS mengatakan, waktu yang tepat untuk menikah adalah ketika Anda sudah bekerja. “Ketika menikah dan berumah tangga, akan ada banyak pengeluaran. Apakah cinta saja cukup untuk membayar semua tagihan itu?”
Mengandalkan bantuan finansial orang tua untuk sementara waktu? Ujung-ujungnya menurut April bisa menimbulkan masalah dalam pernikahan. Sebaiknya, pastikan Anda atau pasangan bekerja. Di usia 21 atau 22 tahun seseorang sudah bisa mendapatkan pekerjaan.
Ketiga, apakah Anda atau pasangan sudah mandiri secara emosional? Artinya tidak lagi bergantung pada orang tua terkait pemenuhan kebutuhan emosional. Ini terkait dengan penghargaan akan diri sendiri, rasa percaya diri, rasa aman dan kontrol terhadap diri sendiri. “Anda bisa membuat keputusan sendiri yang bertanggung jawab, berani mengambil risiko, tahu bagaimana mengendalikan diri. Nyaman dengan diri Anda sendiri,” bilang April. Apakah Anda dan pasangan sudah masuk dalam kriteria-kriteria yang disebutkan tadi? Jika ya, mungkin Anda memang sudah siap menikah berapapun usia Anda dan pasangan saat ini.
(val)