Cara Mengakhiri Hubungan dengan Pasangan yang Posesif

Vallesca Souisa | 10 Oktober 2019 | 12:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Memiliki pasangan, apalagi yang pengertian, tentu menyenangkan. Nah bagaimana ketika pasangan menunjukkan sikap yang membuat kita tidak nyaman, haruskah bertahan dengannya? Dia mengekang, membatasi pergaulan, harus mengetahui setiap gerak-gerik Anda bahkan kata sandi semua akun media sosial Anda. Padahal statusnya baru pacar. Adanya rasa memiliki adalah hal lumrah. Tapi kalau sudah berlebihan apalagi posesif, Anda perlu waspada.

Tanda-tanda

Seperti kebanyakan orang, dalam masa pendekatan, mereka yang posesif terlihat baik dan menyenangkan. Mendeteksi sifat posesif pacar saat masa pendekatan agak sulit. Anda mulai bisa merasakannya ketika memasuki satu atau dua bulan masa pacaran.

“Dia biasanya superperhatian. Yang bisa digarisbawahi dan dipahami, umumnya dia terlalu mau tahu tentang diri kita secara mendetail, bahkan terlalu spesifik. Dia bisa menanyakan Anda setiap jam, menit, detik, sampai meminta Anda mengirim peta lokasi keberadaan Anda,” ungkap Roslina Verauli, psikolog anak, remaja, dan keluarga dari yang juga penulis buku Cerita Cinta: Memahami Cinta Sejati.

Selanjutnya, dia mulai menentukan dengan siapa Anda boleh berteman dan tidak. Pun dia akan menetapkan batas-batas dalam hubungan pertemanan itu. “Dia mulai membatasi relasi dengan orang-orang yang signifikan, karena dia mau Anda hanya mempunyai relasi dengannya dan bergantung padanya,” terang Vera.

Ketergantungan yang diciptakannya beragam. Dia akan membuat Anda bergantung secara finansial, sosial, hingga emosional. Sehingga Anda merasa hanya dia terpenting dalam kehidupan Anda. Setelah itu dia akan mengontrol Anda. “Seseorang yang posesif punya dorongan yang kuat untuk mendominasi dan mengendalikan sebuah hubungan,” Vera menyambung. Lama-lama rasanya seolah dia berhak atas diri Anda sepenuhnya.

Ketika pria dan wanita menjalin relasi yang intim, memang akan ada bagian yang menjadi hak pasangan. Namun selalu ada area untuk diri sendiri. “Apa saja itu? Area untuk mengembangkan diri, berkarier, mempunyai kehidupan sosial, berinteraksi dengan keluarga, melakukan hobi. Harus tetap ada ruang pribadi,” tegas Vera.

Cintai Diri Anda

Ketika ruang pribadi diinvasi hingga Anda merasa gerah dan sesak, artinya hubungan sudah tidak sehat. “Ini tidak baik dan saatnya mengakhiri hubungan,” ucap Vera. Namun sebelum Anda menyadari bahwa semua aksi posesif itu salah dan bisa mengambil keputusan tegas untuk menyudahi hubungan, ada satu poin penting yang perlu Anda pertanyakan dan jawab: seberapa besar Anda mencintai dan menghargai diri sendiri?

“Dalam beberapa kasus, individu yang didominasi biasanya juga bermasalah. Misalnya, penghargaan terhadap diri sendiri pun rendah. Sehingga dia lemah, tidak percaya diri. Dia percaya bahwa dia memang tergantung pada pasangannya. Lalu takut keluar dari hubungan yang tidak sehat itu. Biasanya individu yang bermasalah akan menarik individu yang bermasalah juga. Tercipta tarik-menarik di antara para individu yang bermasalah ini,” ungkap Vera.

Jika Anda betul-betul mencintai dan menghargai diri Anda, pastinya Anda menyadari bahwa aksi-aksi posesif seperti yang dipaparkan di atas tidaklah benar. “Anda tahu Anda harus mengambil sikap. Katakan perpisahan secepatnya dengan tegas,” ucap Vera. Memang, melepaskan diri dari seseorang yang posesif tidak mudah.

“Karena sifat posesif ujung-ujungnya berkaitan dengan kekerasan dalam hubungan. Ini terkoneksi. Baik itu kekerasan fisik maupun verbal. Anda bisa diancam, ditakut-takuti. Untuk memutus hubungan, saran saya libatkan keluarga dan teman-teman. Pada tahap tertentu, Anda mungkin bisa meminta bantuan psikolog untuk mencari jalan keluar. Namun ketika sudah masuk ranah kekerasan fisik, tidak ada cara lain, sebaiknya langsung menempuh jalur hukum,” pungkasnya.

 

Penulis : Vallesca Souisa
Editor: Vallesca Souisa
Berita Terkait