Balas Dendam Bisa Hilangkan Sakit Hati, Benarkah?

aura.co.id | 6 Maret 2020 | 19:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pernahkah Anda sakit hati akibat perbuatan orang lain? Saat itu terjadi, apakah terlintas di benak Anda untuk membalas dendam atau jangan-jangan Anda sudah melakukannya? Manusia mahluk yang tidak sempurna. Wajar, jika perasaan ingin balas dendam atas perbuatan yang dirasa tidak menyenangkan itu muncul. Jika memilih untuk balas dendam, apakah endapan rasa benci dan frustrasi di hati bisa hilang seluruhnya?

Di Kamus Besar Bahasa Indonesia, balas dendam berarti perbuatan membalas perbuatan orang lain karena sakit hati atau dengki. Psikolog dari Pusat Informasi dan Rumah Konsultasi Tiga Generasi, Anna Margaretha Dauhan berpendapat bahwa dari sisi psikologi, balas dendam tak hanya disebabkan dengki dan sakit hati, tapi juga adanya perasaan tidak adil yang diterima. Ini berhubungan dengan rusaknya kepercayaan. Hancurnya kepercayaan seseorang memicu sakit hati dan keinginan untuk balik menyakiti agar situasinya (dinilai) menjadi adil bagi kedua belah pihak.

“Balas dendam biasanya dilakukan karena merasa tersakiti. Dengan harapan, rasa kecewa dan sakit hati berkurang. Tapi setiap perbuatan akan ada konsekuensinya. Balas dendam pun demikian. Seringkali, orang yang terdorong emosi menjadi kurang efektif dalam menilai situasi secara rasional, termasuk menilai akibat jangka panjang dari perbuatan balas dendam dan dampak yang ditimbulkan,” Anna menjelaskan.

Kepuasan Semu

Lebih lanjut, Anna menerangkan bahwa balas dendam berkorelasi dengan area striatum di otak yang berguna mengatur kepuasan manusia. Balas dendam diikuti oleh pertimbangan mengenai keuntungan dan kerugian yang melibatkan area otak lainnya yaitu pre-frontal cortex. Area ini terkait dengan pengambilan keputusan rasional. Masalahnya saat emosi, seseorang sulit untuk mengakses area pre-frontal cortex sehingga tindakan yang diambil tidak disertai pertimbangan rasional terkait akibat dari tindakan yang dilakukan.

Ketika seseorang telah membalas dendam, ada sensasi puas karena merasa telah mendapat keadilan. Namun, itu tak membuat seseorang merasa lebih baik. Selain bisa memicu masalah baru, balas dendam tidak mampu menyembuhkan rasa sedih, kecewa, frustrasi, atau sakit hati. Kepuasan yang dirasakan semu. Bersifat sementara.

Anna menambahkan, orang-orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk balas dendam justru lebih berbahagia daripada mereka yang menghabiskan waktu untuk menuntut balas. “Mereka terus memikirkan peristiwa yang menyakitkan dan terus menumbuhkan rasa sakit hati. Orang yang memilih melupakan kejadian buruk biasanya lebih bahagia karena tidak menyia-nyiakan waktu untuk bersusah hati,” Anna menukas.

Ada beberapa hal yang bisa ditempuh untuk menghindari balas dendam.  Pertama, menerima segala yang telah terjadi. Kedua, memaafkan pelaku atas perbuatan yang kurang menyenangkan. Ketiga, memberi waktu kepada diri sendiri untuk menenangkan diri. Keempat, jangan membesar-besarkan atau mengungkit masalah yang pernah ada.

“Terakhir, apabila masih dalam keadaan emosi, jangan mengambil tindakan apapun karena dalam kondisi seperti itu, kapasitas seseorang untuk berpikir rasional dan objektif tidak optiomal. Jangan sampai balas dendam malah memperbesar masalah dan menyakiti diri sendiri,” tutupnya.

 

Penulis : aura.co.id
Editor: aura.co.id
Berita Terkait