Variasi Gaya Bercinta Ternyata Ada Tujuannya, Lo!
TABLOIDBINTANG.COM - Rutin berhubungan intim, salah satu rahasia agar rumah tangga langgeng. Jika hubungan intim dilakukan dengan gaya yang sama dan diulang selama bertahun-tahun, bukan tidak mungkin Anda dan pasangan bosan. Jangan ragu mengomunikasikan gaya bercinta dengan pasangan. Pelajari selera bercinta si dia dan dapatkan manfaatnya. Mengganti gaya bercinta bukan soal kepuasan seks semata. Setiap gaya bercinta ternyata ada tujuannya, lo. Apa saja?
Menurut dr. Boyke Dian Nugraha SpOG, MARS, generasi 1980-an ke belakang menggunakan gaya atau posisi konvensional yakni misionaris. Wanita berada di bawah, pria di atas. Gaya misionaris, kata Boyke, sudah ada dari zaman baheula. Dengan gaya ini, mulut rahim terendam cairan sperma sehingga memudahkan terjadinya kehamilan.
Memasuki dekade 1990-an, akses informasi seputar seks mudah didapat. Gaya bercinta yang beragam memancing rasa ingin tahu mayoritas generasi muda. Akibatnya, angka seks bebas kian meningkat. Sisi positifnya, variasi gaya bercinta memberi lebih banyak manfaat buat pasutri. “Gaya bercinta memiliki manfaat dari aspek medis. Kalau ingin segera punya momongan, gaya misionaris paling mujarab. Jika posisi rahim menjorok ke belakang, kami merekomendasikan doggy style. Begitu suami ejakulasi, Anda segera menungging untuk memudahkan jalan sperma ke mulut rahim. Kalau istri sedang hamil tapi ingin tetap berhubungan, suami duduk, istri dipangku,” urai Boyke.
Alternatif lain, pilih posisi sendok garpu, di mana suami melakukan penetrasi ke organ intim istri dalam posisi sama-sama miring. Fenomena yang kerap terjadi tapi jarang disadari suami, istri susah orgasme. Saat berhubungan, istri tampak amat menikmati padahal belum mencapai klimaks.
“Suami mesti aktif mencari titik G-spot istri. Karenanya, saya sarankan posisi woman on top. Dengan posisi itu, istri memegang kendali. Kalau istri habis bersalin dan mengkhawatirkan pendarahan di organ intim saat bercinta, doggy style bisa dijadikan solusi. Selama tujuannya baik dan bukan (seks) menyimpang, jangan ragu melakukan variasi berhubungan,” sambung dia.
Dua Rumor soal “Doggy Style”
Isu yang beredar di kalangan perempuan, kalau mau dapat anak laki-laki, gunakan doggy style. Posisi ini diyakini membuat penis melakukan penetrasi lebih dalam sehingga sperma mendominasi mulut rahim. Boyke menyebut itu mitos. Jenis kelamin bayi tidak dipengaruhi gaya bercinta melainkan kondisi keasaman vagina, jenis sperma yang membuahi, dan gaya hidup yang diterapkan pasutri. Kondisi asam dan basa pada vagina bisa dikondisikan.
“Jika ingin anak laki-laki, ceboklah dengan air yang dicampur setengah sendok baking soda supaya tercipta kondisi basa. Jika Anda ingin anak perempuan, ceboklah memakai air bercampur setengah sendok teh asam cuka yang biasa dipakai buat memasak. Berdasarkan penelitian yang saya baca, efektivitasnya mencapai 78 hingga 80 persen,” Boyke membeberkan.
Kalau tidak mau ribet dengan kegiatan cebok, suami mesti bisa membuat istri mencapai orgasme alami. “Saat istri orgasme, kondisi vagina menjadi basa. Biasanya bayi yang nanti lahir cowok. Kalau istri tidak orgasme, kondisi vagina asam, maka lahirlah anak perempuan,” imbuh dia.
Rumor lain yang berkembang, doggy style berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi perempuan karena invasi penis yang terlalu dalam. Lagi-lagi Boyke menepis. Menurutnya, doggy style sangat menyenangkan dan justru membuat stamina pria lebih tahan lama.
“Begini, posisi misionaris membuat pria cepat lelah karena pinggulnya aktif bergerak saat melakukan penetrasi. Dalam doggy style, perempuan turut memegang peran penting dalam proses penetrasi sehingga suami bisa menyimpan cadangan energi untuk melakukan serangan balik. Doggy style membuat hubungan intim lebih lama 5 sampai 7 menit,” ujar bintang film Drop Out.
Gaya yang berisiko sebenarnya woman on top. Ketika ereksi suami sudah optimal dan istri terlalu bersemangat menggoyang, penis bisa patah atau minimal memar. “Benar, bahwa penis tidak bertulang tapi, kan bisa mengeras. Goyangan yang terlalu mengentak membuat penis mengalami fraktur alias patah. Ini terjadi karena adanya luka di trabekula (tonjolan otot) penis,” tutup Boyke.