9 Langkah Agar Pernikahan Bahagia dan Mesra Selamanya
TABLOIDBINTANG.COM - Pendapat tentang perkawinan yang bisa bahagia dan mesra sampai selamanya berbeda-beda. Ada yang mengatakan, perkawinan pasangan yang mempunyai minat dan temperamen sama, akan paling sukses dan bahagia. Tapi pendapat lain mengatakan, pasangan yang berbeda, yang menstimulir dan menjadi tantangan kepada satu sama lain, akan menjadi yang paling bahagia.
Menurut Morrie dan Arleah Shechtman dalam buku Love in The Present Tense, kedua pendapat ini salah. Pasangan bisa saja punya minat, selera, dan kepribadian yang sama atau berbeda. Hal ini tidaklah penting. Yang penting adalah, apakah pasangan mempunyai nilai-nilai inti yang sama.
Nilai-nilai adalah dasar yang menuntun tingkah laku kita. Menentukan bagaimana perilaku kita terhadap satu sama lain. Menentukan pikiran atau pendapat kita bagaimana cara mereka berperilaku kepada kita. Jika tindakan kita sesuai dengan nilai-nilai kita, kita merasa membantu membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik.
Sebagai contoh, sebagian orang selingkuh terhadap pasangannya. Tapi jika kita percaya, bahwa dunia suami istri yang ideal adalah saling setia, maka sampai kapan pun, Anda tak akan pernah selingkuh. Di tengah dunia yang terus menerus berubah, nilai-nilai membuat kita tetap fokus. Menjadi pegangan yang kita raih ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Selera, minat dan sifat-sifat tertentu dapat berubah seiring perjalanan waktu, tapi nilai-nilai inti kita tidak. Nilai-nilai ini adalah aspek yang paling permanen dari watak kita. Karena itu, pasangan harus sepakat dengan nilai-nilai ini karena mereka tak pernah akan bisa menyelesaikan konflik nilai-nilai dengan memisahkan perbedaan-perbedaan.
Nilai-nilai merupakan satu-satunya hal yang tak dapat dikompromikan tanpa merusak integritas. Jika kedua pasangan mempunyai nilai yang berbeda, konflik akan terjadi terus. Semakin mirip nilai istri dengan nilai suami, semakin besar kemungkinan membangun perkawinan bahagia dan abadi. Berikut, rahasia yang membuat perkawinan bahagia.
Dahulukan pasangan Anda
Menurut kedua penulis, perkawinan akan paling baik jika pasangan lebih mengutamakan hubungan mereka dibanding hubungan lainnya. Termasuk hubungan mereka dengan anak-anak. Kedengarannya mungkin aneh, tapi saling mendahulukan satu sama lain justru merupakan hadiah terbesar yang dapat Anda berikan kepada anak-anak Anda.
Jika pasangan suami istri lebih mementingkan tugas menjadi orangtua dibanding perkawinan mereka, kebutuhan emosional dewasa mereka sering tidak terpenuhi. Dan mereka berisiko membebankan kebutuhan mereka kepada anak-anak. Jika terjadi hal seperti ini, anak-anak akan merasa bertanggungjawab membuat orangtua mereka bahagia. Jika gagal, mereka bisa menyalahkan diri sendiri.
Jika pasangan tidak memprioritaskan hubungan mereka, bukan hanya perkawinan mereka yang akan menderita, tapi anak-anak mereka juga akan menderita.
Jangan berhenti tumbuh
Orang-orang yang bertanggungjawab atas pertumbuhan pribadi selalu memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang diri sendiri, memahami orang lain dan keterlibatan dengan dunia. Mereka tidak menganggap diri mereka sebagai produk akhir. Mereka terus belajar dan berubah sampai napas terakhir.
Sebagian orang takut, jika mereka dan pasangan mereka terus tumbuh dalam perkawinan, mereka justru akan jadi terpisah. Tapi hal seperti ini jarang terjadi jika pertumbuhan ini termasuk nilai bersama. Saat orang berkata,''Kami tumbuh makin jauh'', yang mereka maksudkan adalah pasangan yang satu berubah, yang lain tidak.
Jika pasangan Anda tidak tumbuh, ia akan membosankan untuk Anda. Jika Anda yang tidak tumbuh, Anda akan membosankan untuk pasangan Anda dan diri Anda. Perkawinan yang baik membantu meningkatkan pertumbuhan dan pertumbuhan membantu meningkatkan perkawinan yang baik.
Komunikasi dari hati ke hati
Jika pertumbuhan adalah nilai bersama, penting bagi pasangan untuk terus mengikuti apa yang terjadi di dalam pikiran, hati, dan kehidupan masing-masing. Tidak berarti Anda dan pasangan harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk bicara. Yang dimaksudkan adalah memanfaatkan waktu kebersamaan Anda berdua dengan sebaik-baiknya.
Ini berarti mengungkapkan pemikiran, perasaan, hasrat, dan impian-impian Anda kepada pasangan Anda. Lalu mendengarkan dengan perhatian dan kasih sayang penuh ketika dia mengungkapkan pikiran, perasaan, dan impian-impiannya kepada Anda. Sebagian orang menganggap perkawinan mereka akan lebih mesra hanya dengan bicara lebih banyak dengan pasangannya. Padahal dasar dari keintiman sejati adalah kualitas dari komunikasi, bukan kuantitas.
Tahu kapan harus mendorong keras
Dalam perkawinan terbaik, suami/ istri tak akan membiarkan pasangannya berlarut-larut dalam kemerosotan. Tapi masing-masing terus menerus saling mendorong satu sama lain untuk mewujudkan visi terbaik dari diri mereka. Anda paling sayang pada pasangan Anda jika Anda mendorong dia untuk menjadi dirinya yang terbaik.
Kesediaan untuk menantang pasangan adalah suara kepercayaan, suatu tanda respek. Sebaliknya, jika Anda menerima begitu saja perilaku penghancuran diri atau perilaku pecundang, berarti Anda menyerah padanya. Pada dasarnya Anda berkata kepadanya, bahwa Anda tidak percaya dia bisa mengerjakannya secara lebih baik. Tidak mendorong pasangan untuk mendari dirinya yang terbaik adalah suatu bentuk pengabaian yang akhirnya bisa merusak perkawinan.
Mengejar impian
Perkawinan bukan satu-satunya misi dalam hidup Anda. Begitu juga membesarkan anak. Anda tak pernah akan bahagia jika Anda mengharap peran-peran ini memberikan kebahagiaan total kepada Anda. Dalam perkawinan yang baik, kedua pasangan juga melakukan suatu usaha di luar rumah.
Menekuni karier misalnya. Bisa juga menekuni hobi atau menjadi relawan. Apa yang dilakukan itu tidak penting sejauh hasrat Anda terkait dengan sesuatu yang menuntut pengungkapan kemampuan Anda secara penuh dan menambahkan nilai dan tujuan pada hidup Anda.
Jangan menggantungkan perasaan Anda kepada pasangan
Dalam perkawinan yang baik, kedua pasangan sepakat, mereka bertanggungjawab atas kesejahteraan mereka sendiri. Mereka tidak mengandalkan pasangannya untuk membuat mereka bahagia atau menyalahkan pasangannya di saat mereka tidak bahagia.
Mereka tahu, di satu sisi, mereka tak bisa mengatur apa yang dikatakan atau dilakukan pasangannya, tapi mereka bisa mengatur cara mereka merespon dan apakah respons mereka menambahkan kedamaian batin atau justru menguranginya. Mereka juga tidak merasa bertanggungjawab atas perasaan-perasaan pasangannya. Mereka tahu, bahwa di penghujung hari, mereka masing-masing harus bertanggungjawab pada diri mereka.
Bertanggungjawab
Kendati kita tidak bertanggungjawab atas perasaan-perasaan pasangan kita, kita bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatan kita dan pengaruhnya terhadap perkawinan kita. Pasangan yang menganut nilai ini menghargai komitmen, mengatakan kebenaran, membuktikan kata-katanya bisa dipegang dan bertanggungjawab atas perilaku mereka.
Mereka juga merasa pasangannya bertanggungjawab atas tindakan-tindakannya. Mereka bukan hanya menganggap membohongi pasangan adalah perbuatan yang tak bisa diterima, tapi juga tak bisa menerima sikap yang tidak mengkonfrontasi kebohongan yang dikatakan pasagannya kepadanya.
Cari waktu untuk memberikan santapan jiwa
Dalam perkawinan yang berkembang, penting bagi pasangan untuk memperbarui batin. Sebagian orang menggunakan agama atau praktek spiritual. Yang lainnya mendapatkan manfaat yang sama dari olahraga atau hobi. Atau menikmati alam atau seni. Atau hanya mengambil waktu untuk hening.
Meluangkan waktu untuk memperbarui diri memulihkan energi, meningkatkan kemampuan tetap tenang dan fokus, membantu memandang ketergesaan setiap hari dari sudut pandang yang tepat dan mengisi kekuatan yang Anda perlukan untuk menyembuhkan konflik dan melewati krisis-krisis. Pasangan yang memperhatikan diri mereka dengan cara ini berkemungkinan lebih besar menjunjung tinggi nilai-nilai lain yang membuat perkawinan mereka hebat.
Jadi pahlawan cinta
Kebanyakan orang setuju dengan teori, bahwa hidup mengikuti nilai-nilai inti akan bermanfaat untuk perkawinan. Yang lebih susah justru menerapkannya. Pasangan dituntut untuk setia pada nilai-nilai tersebut kendati pun bertentangan dengan keinginan kita dan bahkan ketika kita merasa tergoda atau ditekan untuk meninggalkannya.
Kesimpulannya, untuk membuat perkawinan yang baik diperlukan keberanian. Memang tidak mudah memegang teguh nilai-nilai yang membuat perkawinan hebat, tapi hasilnya seimbang. Coba berani demi perkawinan Anda.