5 Jenis Perselingkuhan dan Cara Mengatasinya
TABLOIDBINTANG.COM - MELIHAT makin banyak perkawinan yang roboh karena perselingkuhan, kita bisa simpulkan betapa di masa modern yang diselubungi kepalsuan ini orang masih memprioritaskan kesetiaan. Orang belum (dan mungkin tak akan bisa) menghadapi ketidaksetiaan pasangan dengan damai. Menurut Emily Brown, Direktur Key Bridge Therapy and Mediation Center di Arlington, Virginia, perselingkuhan salah satu pengalaman paling pedih yang dihadapi suami-istri. Bagi para konselor, perselingkuhan termasuk salah satu tantangan terbesar dalam bidang keahlian mereka. Affair dianggap tantangan besar karena sarat tidak hanya oleh emosi yang intens, tapi juga romantisme, moralitas, dan bahkan mitos.
Berseberangan dengan opini umum, demikian Brown, seks bukanlah segala-galanya dalam perselingkuhan. Kalau hanya ingin mengecap kepuasan seks, orang tak perlu sampai berselingkuh. Perasaan tersiksa, takut, dan keinginan untuk terus merasa hidup justru pendorong yang lebih hebat bagi lahirnya penyelewengan. Kompleksnya perselingkuhan bisa diamati dari reaksi orang begitu tahu pasangannya tidak setia. Diutarakan oleh Harriet Lerner Ph.D, psikoterapis dan psikolog klinis di Klinik Menninger di Topeka, Kansas, paling sedikit ada 3 reaksi khas yang diperlihatkan orang yang dikhianati. Satu, menyangkal ("Suami/istriku tak pernah tertarik dengan wanita lain"). Dua, malu dan mengucilkan diri ("Aku tak ingin orang lain tahu suami/istriku sampai hati berkhianat"), atau menyalahkan diri sendiri ("Salah apa aku sampai ia harus mencari wanita/pria lain?"). Kata Lerner, banyak orang yang lebih senang menyiksa diri dengan rasa takut dan fantasi mengenai pengkhianatan itu ketimbang menanyakan langsung mengenai detilnya pada pasangan. Akibatnya, rumah tangga bisa karam sama sekali, meski penyelewengannya tergolong ringan.
Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana menghadapi perselingkuhan yang dilakukan pasangan, perlu terlebih dulu mengenal jenis-jenisnya.
TIPE-TIPE PERSELINGKUHAN
1. Perselingkuhan untuk Menghindari Konflik
Pelaku tipe perselingkuhan ini terbiasa jadi pribadi yang manis. Mereka tak punya nyali untuk menyelesaikan konflik, sebab merasa akan kehilangan kendali. Ketimbang mengkonfrontasi problem dengan pasangan, mereka menghindar. Lambat-laun aksi menghindar akan mempertajam perbedaan dan lalu menggerogoti perkawinan. Affair ini bisa dilakukan kedua pihak. Perlu contoh? Tontonlah film Bridges of Madison County yang dimainkan Clint Eastwood dan Meryl Streep.
2. Perselingkuhan untuk Mengelak dari Keintiman
Dalam buku Intimate Terrorism, Michael Miller menguraikan bagaimana seorang yang gentar pada keintiman suka menyakiti orang yang dicintainya lebih dari ia menyakiti orang yang ia tak pedulikan. Para pengelak keintiman seperti yang dijelaskan Miller panik setengah mati bila hubungannya dengan pasangan berkembang lebih intim dari yang ia (berani) harapkan. Untuk mengusir panik, mereka membangun dinding pemisah setinggi-tingginya. Jadi, segala macam konflik dan perselingkuhan cuma menambah jumlah dinding pemisah. Benteng itu lantas membuat hubungan emosional mereka cuma terdiri dari konflik yang tajam dan frekuen. Kondisi ini acap kali mendorong suami-istri terlibat affair. Pasangan seperti ini kebalikan tipe Penghindar Konflik. Contohnya perselingkuhan Eric Clapton dengan Lori Del Santo saat menikah dengan Pattie Boyd, wanita yang direbutnya dari tangan sahabatnya sendiri, mendiang George Harrison.
3. Perselingkuhan Si Pecandu Seks
Seperti alkohol dan narkoba, seks bisa bikin kecanduan. Penderita kelainan ini menggunakan seks berkali-kali untuk membuat mereka kebal dari rasa sepi dan pedih. Lebih banyak suami yang berselingkuh karena kecanduan seks dibandingkan istri. Kasus perselingkuhan serial yang dilakukan Bill Clinton oleh seorang seksolog dikategorikan dalam tipe ini.
4. Perselingkuhan Orang yang Terbelah
Ada pasangan yang berniat membangun rumah tangga dengan benar. Mereka telah mengorbankan perasaan dan keinginan pribadi demi terpeliharanya perkawinan dan kepuasan pasangan. Pengorbanannya kadang kelewat besar, membuat mereka terhimpit dan lalu mencari celah untuk bisa bebas dari segala tuntutan. Mulailah hati mereka terbelah. Bila terlibat affair, mereka melakukannya dengan serius, dalam waktu lama, dan menggebu-gebu. Hati dan pikiran mereka terbelah dua: menyelamatkan rumah tangga atau pergi pada kekasih gelap. Mereka mengelak dari keterbelahan psikis yang lebih serius. Ini penyelewengan khas pria. Namun perkembangan zaman bisa membuat wanita melakukannya. Kalau mau contoh, tengoklah betapa serius, panjang, dan serunya affair Pangeran Charles dan Camilla Parker Bowles.
5. Perselingkuhan sebagai Pintu Keluar
Sebenarnya tipe ini tak banyak beda dengan jenis pertama yang dimaksudkan untuk menghindari konflik. Bedanya, tipe ini bertindak lebih jauh lagi. Situasinya seperti ini: Satu pihak dalam perkawinan telah memutuskan untuk mengakhiri hubungan tanpa sepengetahuan pihak lain. Menyatakan niat untuk berpisah mungkin dirasa pedih. Maka affair menjelma jadi peneguhan atau pembenaran untuk meninggalkan hubungan lama yang sudah tak diminati. Pasangannya umumnya akan menyalahkan perselingkuhan itu dan bukannya merenungkan bagaimana perkawinan mereka bisa meredup. Ini juga termasuk affair yang bisa dilakukan kedua pihak.
Setiap pihak, yang berkhianat maupun yang dikhianati, tak boleh lupa mengenai rumitnya perselingkuhan. Jadi, mereka harus selektif dalam mencari bantuan. Jangan turuti sembarang nasehat, bahkan bila datang dari orang kepercayaan atau keluarga yang kepeduliannya tak diragukan. Brown berpesan untuk mengabaikan nasehat yang lebih banyak menekankan pembalasan dendam dan pemberian hukuman. Ia lebih menganjurkan untuk mencari bantuan terapis, tokoh agama, mediator, atau ahli hukum, ketimbang penasehat amatir.
MENCARI TERAPIS YANG BAIK
Jasa terapis dibutuhkan bila yang berkhianat atau yang dikhianati: bertekad menyelamatkan perkawinan; merasa depresi atau remuk redam; terus-menerus memikirkan perselingkuhan; tak bisa mengatasi sakit hati, kemarahan, atau rasa bersalah; terlalu marah hingga membahayakan diri sendiri; lelah dan malu karena melompat dari satu perselingkuhan ke perselingkuhan berikutnya; terombang-ambing antara perkawinan dengan affair, merasa hancur karena perkawinan berakhir; atau bingung dengan perasaan sendiri.
Hati-hati menghadapi terapis yang tidak bisa menjaga rahasia, berpihak, menjanjikan affair pasti berakhir (tak satu terapis pun kuasa menghentikannya, sebab tergantung si pelaku), berperan sebagai tukang rujuk (padahal tidak semua perkawinan bisa atau perlu diselamatkan setelah affair). Pilihlah terapis yang penuh perhatian, jujur, membantu menguraikan masalah, mengarahkan untuk berubah, mendorong untuk membuat keputusan sendiri, membantu membuang kebiasaan lama dan mencari arah baru, aktif, tidak menghakimi.