Cekcok Dukungan Capres Berujung Maut, Kubu Prabowo: Ini Warning
Tragedi cekcok perbedaan dukungan calon presiden atau capres berujung pembunuhan disayangkan Ketua Direktorat Relawan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Ferry Mursyidan Baldan. Ferry mengatakan kontestasi politik tak seharusnya menjadi alat untuk memantik konflik. "Ini menyedihkan dan warning (peringatan) untuk kita semua," ujar Ferry kepada Tempo pada Ahad malam, 25 November 2018 melalui pesan teks.
Kompetisi politik, Ferry mengatakan, seharusnya menjadi tantangan masyarakat untuk saling mengemukakan gagasan terhadap pilihannya. Bukan wadah untuk saling tikam.
TABLOIDBINTANG.COM - Peristiwa pembunuhan itu terjadi di Kecamatan Sokobanah, Sampang, Jawa Timur. Subaidi tewas akibat berbeda pandangan politik dengan temannya, Idrus. Cekcok itu berawal dari perselisihan di media sosial Facebook. Dalam akunnya, Subaidi mengunggah foto dengan status: "Siapa pendukung capres ini akan merasakan pedang ini." Idrus mengomentari, "Saya ingin merasakan tajamnya pedang itu." Cekcok berlanjut di dunia nyata yang berujung pada kematian Subaidi. Lelaki itu tewas setelah ditembak mati dengan senjata rakitan milik Idris menembus dadanya pada Rabu 21 November 2018.
Ferry Mursyidan Baldan meminta para pendukung bijak menanggapi kampanye-kampanye di media sosial. Bila timbul tragedi pertikaian akibat ruang sosial itu, Ferry mengatakan hal ini harus menjadi bahan introspeksi untuk semua pihak. Baik untuk audiens kampanye maupun dua pasangan calon presiden.
Dalam kesempatan Ferry Mursyidan Baldan juga mengimbau relawan Prabowo - Sandiaga menjaga citra kontestasi pemilihan presiden. Musababnya, pesta demokrasi ini adalah salah satu cermin peradaban bangsa. Bila masyarakat terpecah, maka wajah Indonesia di mata dunia pun terdampak. "Kepada para relawan Prabowo - Sandiaga, kami ajak untuk terus menahan diri dari pancingan emosi." Ferry mengatakan dukungan relawan terhadap capres harus lahir dengan militansi. Bila dukungan timbul karena emosi, iklim politik yang sejuk tak akan terjadi.
Kompetisi pemilihan presiden dan pemilihan legislatif yang bakal digelar bersamaan tahun depan, Ferry Mursyidan Baldan mengingatkan, merupakan seni. Seni, katanya, untuk mengekspresikan perbedaan pilihan. Seperti hakikat seni, keindahan yang muncul tidak bakal merusak hubungan. "Jangan biarkan kasus ini berkembang."