Anak Krakatau Masih Erupsi, BNPB Imbau Waspadai Tsunami Susulan
TABLOIDBINTANG.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan aktivitas Gunung Anak Krakatau terus erupsi dan statusnya masih sama yakni waspada level 2. Radius bahayanya adalah radius 2 kilometer dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau.
Untuk mengantisipasi tsunami susulan, BNPB menetapkan rekomendasi jarak 500 meter sampai satu kilometer dari garis pantai tidak boleh ada aktivitas masyarakat. “Ini untuk mengantisipasi tsunami susulan," kata Sutopo saat konferensi pers di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta, Rabu, 28 Desember 2018.
Sutopo menjelaskan pemerintah berencana mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang diakibatkan longsor bawah laut dan erupsi gunung api. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan tsunami Selat Sunda terjadi karena longsor di bawah laut seluas 64 hektare.
Sutopo mengatakan Indonesia sebaiknya punya alat pendeteksi tsunami yang diakibatkan longsor bawah laut atau erupsi gunung api. Beberapa kali kejadian longsor bawah laut memicu tsunami. Seperti di Ende pada 1992, di Palu 2018, dan di Krakatau 2018. “Bencana-bencana itu dipicu longsor bawah laut yang membangkitkan tsunami."
Menurut dia, perlu jaringan seismograf, jaringan buoy yang lebih rapat karena pasti akan lebih rumit. "Semakin rapat sensor-sensornya hasilnya juga akan semakin bagus." Setelah Gunung Anak Krakatau erupsi dan memicu tsunami, Presiden Jokowi memerintahkan BMKG untuk segera memasang pendeteksi tsunami yang dipicu longsor bawah laut dan erupsi gunung. "Di Selat Sunda dulu, lalu di wilayah-wilayah Indonesia rawan gempa dan tsunami."
Sutopo menjelaskan dalam Indonesia Tsunami Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini tsunami di Indonesia, buoy tsunami adalah salah satu bagian peringatan dini tsunami. Tanpa buoy, peringatan dini tsunami (EWS) tetap berjalan. Buoy tsunami berfungsi untuk meyakinkan bahwa tsunami terdeteksi di lautan sebelum menerjang pantai.