Jubir Pemerintah Benarkan Ada Rumah Sakit Swasta Menolak Pasien Suspect Corona

Supriyanto | 18 Maret 2020 | 20:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Juru bicara pemerintah Indonesia khusus penanganan virus corona (COVID-19), Achmad Yurianto bicara blak-blakan soal rumah sakit yang enggan diajak bekerjasama dengan pemerintah untuk menanggulangi Corona.

Achmad Yurianto buka suara melalui tayangan podcast di Youtube Deddy Corbuzier terkait viral video wanita diduga terjangkit Corona yang merasa ditelantarkan.

Menurut Yurianto, ada rumah sakit yang lebih memikirkan bisnis daripada kesehatan masyarakat. Rumah sakit memilih menjaga nama baik daripada kehilangan pasien.

"Kita menyadari betul, beberapa rumah sakit, menjaga citranya, jangan sampai ketahuan orang bahwa merawat Covid-19. Kalau ketahuan nanti semua pasien yang lain nggak mau dateng, it's bisnis," ujar Achmad Yurianto saat menjadi sumber di video podcast Youtuber Deddy Corbuzier.

"Kalau gitu selamat datang di Indonesia," tegas Achmad Yurianto di video YouTube berjudul Saya Emosi!!! Ternyata Benar RS Menolak Pasien Corona! (No Hoax)

Karena itu, pemerintah hanya menyebut rumah sakit yang benar-benar bersedia menanggulangi Corona. Achmad Yurianto mengungkap banyak rumah sakit menolak dan meminta pasien langsung ke rumah sakit rujukan yang ditunjuk pemerintah.

"Itu yang terjadi, banyak sekali rumah sakit yang menolak kasus ini. Itulah kenapa kami dari awal keras tidak pernah ingin menyebut nama rumah sakit. Kami tidak pernah mau merilis rumah sakit kecuali Sulianti Saroso dan Persahabatan, ya takdir dia memang rujukan," ungkap Achmad Yurianto.

Yurianto pun menyayangkan rumah sakit yang dinilai keluar dari peraturan. Padahal secara sistem, pihak rumah sakit tidak bisa menolak pasien, apalagi membiarkan terduga positif corona tanpa pengawasan.

"Melanggar (aturan RS), bolehlah dia menolak pasien, merujuk pasien dengan alasan yang jelas, bukan berarti kayak pasar. Kami nggak mau nerima, silakan cari sendiri," ungkap Yurianto.

Padahal untuk penanganan Covid-19, rumah sakit hanya perlu memisahkan pasien tersebut dengan pasien lain. Lalu, pihak rumah sakit bisa mengambil spesimen pasien untuk nanti dikirimkan ke Balitbangkes untuk diperiksa.

"Tapi sebenarnya, kalau kita lihat adalah, ya kalau memang akan diyakinkan rumah sakit itulah yang kemudian akan meminta spesimennya untuk diperiksa," jelasnya.

"Kalau seandainya dia positif, dengan klinis seperti itu kan sebenarnya tidak membutuhkan fasilitas khusus, sebenarnya hanya dipisahkan saja dari pasien yang lain," tandas Achmad Yurianto.

(pri)

Penulis : Supriyanto
Editor: Supriyanto
Berita Terkait