Corona: Drive Thru dan Optimisme Baru yang Harus Mulai Dibangun

Redaksi | 24 Juni 2020 | 12:36 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Anda sudah bosan membaca berita tentang Corona? Boleh saja, tapi jangan sampai itu membuat abai dan bersikap masa bodoh. Kalau bukan pakarnya, kesampingkan dulu segala macam teori konspirasi yang mungkin pernah Anda dengar atau baca.  

Hingga 23 Juni 2020, menurut situs WHO, total 8.993.659 orang dilaporkan terinfeski virus corona di seluruh dunia dengan korban meninggal 469.887 orang. Di Indonesia, sampai 23 Juni 2020, pemerintah melaporkan 47.896 orang dengan Covid-19 yang dikonfirmasi. Ada 2.535 kematian dan 19.241 pasien dinyataka pulih. Menakutkan? Iya, tapi Anda tidak sendiri. Semua orang merasakan ketakutan. Tak hanya karena Corona semata, tapi juga dampak lain yang menyertai, terutama terkait profesi dan bisnis. Ketakutan makin bertambah dengan bombardir berita yang tak putus-putus dan hoaks yang berseliweran. Tapi masalah apapun, ketika semua mengalami, apa masih perlu membuat terpuruk dan putus asa?

Masalah yang datang bersama Corona sudah cukup membuat dunia pontang-panting. Negara kecil, negara besar, semua dibuat kelimpungan. Kita tak perlu membuat kondisi yang sudah sulit makin berat dengan bersikap tak peduli. Manusia memang tak mungkin terus mengurung diri di rumah, menjaga jarak dengan sesama dan selalu mengenakan masker. Tapi untuk saat ini, itulah yang harus kita lakukan. Setidaknya untuk sementara, ini cara terbaik menyesuaikan diri dengan dunia yang berubah karena Corona. Bersama dengan itu, meski masa depan masih tidak pasti, vaksin entah kapan akan ditemukan, pelan-pelan optimisme baru harus mulai dibangun. Semua orang sudah lelah dengan Corona. Semua membutuhkan harapan dan panduan baru untuk meneruskan hidup. 

Relaksasi atau pelonggaran PSBB dengan protokol ketat langkah awal yang bagus. Tapi pasti itu saja tidak cukup. Negara harus memastikan ini benar-benar berjalan, terutama karena hanya dalam mimpi ada peraturan dibuat dan semua orang mengikuti, bahkan kalau peraturan itu baik untuk kita sendiri. Ketika semua orang merasa sedikit lebih aman karena tahu semua orang mengikuti protokol kesehatan, kecemasan akan berkurang. Semua orang bisa beraktivitas dengan sedikit lebih tenang. Roda perekonomian akan mulai berputar pelan-pelan sebelum akhirnya mencapai kecepatan normal. 

Perilaku manusia yang dipaksa berubah karena corona, walau tak mudah, tak ada pilihan selain menyesuaikan diri. Perubahan gaya hidup ini di satu sisi bisa merusak bisnis yang sudah mapan, tapi di sisi lain juga bisa menghidupkan bisnis model baru. Sekadar contoh, layanan Drive-through atau drive-thru yang memungkinkan pelanggan membeli produk tanpa meninggalkan mobil yang selama ini sudah dipraktekkan banyak restoran. Cara ini bisa jadi model yang terus dikembangkan. Tak hanya restoran yang bisa menerapkan layanan model ini. Kemarin bahkan beredar kabar pesta pernikahan digelar dengan cara drive thru. Lucu? Tidak. Ini justru sangat menarik. Drive-in theatre atau drive-in cinema yang dulu sempat ngetren sekarang mulai hidup lagi. Apalagi kini sudah ada teknologi yang memungkinkan kita menonton film dari mobil tanpa perlu membuka jendela.

Segala macam model bisnis yang sesuai selama dan setelah pandemi corona, dengan mengandalkan tekonologi, itu yang harus didorong oleh pemerintah negara manapun. Segala cara yang memungkinkan manusia tetap bisa bekerja, berkarya dan memperoleh penghasilan, perlu dicoba. Konsperensi pers perkembangan kasus Corona yang digelar setiap hari, apa masih perlu dilakukan kalau itu hanya menambah ketakutan? Selain melaporkan perkembangan kasus terinfeksi untuk membuat publik tetap waspada, publik membutuhkan informasi lain yang bisa menumbuhkan harapan baru. Kisah sukes atau cara-cara baru berbinis selama wabah Corona, pasti jauh lebih menarik dan menginspirasi.

Semakin cepat kita menyesuaikan diri, semakin cepat kita meneruskan hidup dengan atau tanpa corona. Makhluk kecil tak kasat mata itu terbukti sudah membuat dunia luluh lantak. Jargon berdamai dengan Corona yang sempat jadi kontroversi, perlu dihidupkan lagi dengan istilah yang lebih sesuai dan efektif membangun kepercayaan diri masyarakat. Dalam kegelapan, kita membutuhkan cahaya, sekecil apapun akan sangat berarti.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait