Menko PMK Muhadjir Effendy Soal Penanganan Darurat Insiden dan Korban Tragedi Kanjuruhan
TABLOIDBINTANG.COM - Kerusuhan suporter yang pecah seusai pertandingan Liga 1 Jawa Timur antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam, disesalkan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Pertandingan yang berakhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya itu tanpa dihadiri suporter Persebaya.
"Saya mengucapkan bela sungkawa, dan turut prihatin, menyesalkan kejadian yang seharusnya tidak boleh terjadi. Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua," ungkap Muhadjir saat memantau secara langsung korban tragedi kerusuhan di Malang, Minggu (2/10).
Menko PMK turut didampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Bupati Malang menengok korban tragedi Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang yang dirawat di beberapa rumah sakit (RS) seperti RS Kepanjen dan RS Syaiful Anwar Malang. Muhadjir juga turut meninjau kondisi terakhir stadion Kanjuruhan.
Muhadjir berharap kejadian seperti ini jangan sampai terulang kembali. Seluruh stakeholder sepakbola harus duduk bersama, evaluasi total, transparan hingga menemukan solusi untuk masa mendatang karena persepakbolaan harus terus dibangun.
Pemerintah, kata Muhadjir, saat ini akan fokus pada penanganan darurat insiden dan korban, baik yang luka maupun tewas. "Nanti yang sakit akan kita layani secara gratis. Yang meninggal juga akan kita berikan santunan dari provinsi maupun kabupaten," kata Menko PMK.
Muhadjir meminta penegak hukum untuk dapat mengusut tuntas semua pihak yang bersalah atas kasus ini. "Saat ini kita fokus dulu ke masalah investigasi. Dan mereka yang menjadi korban, masih tanggap insiden. Sisanya nanti kita rekonstruksi peristiwanya, baru nanti kita tentukan sikap. Sambil menunggu keputusan presiden," tutup Menko PMK.
Tragedi kerusuhan diduga berawal saat pendukung Arema tidak menerima kekalahan atas Persebaya. Suporter yang turun ke tengah lapangan dan anarkis memaksa petugas keamanan untuk bertindak, termasuk melontarkan gas air mata. Dalam tragedi ini, lebih dari 130 orang tewas akibat sesak napas maupun terinjak-injak. Sekitar 180 luka luka dan dirawat. Peristiwa 1 Oktober 2022 ini menjadi tragedi kerusuhan terburuk di dunia persepakbolaan Indonesia.
Sumber: kemenkopmk.go.id.