Sedang Hamil, Tasya Kamila Malah Menabung Sampah Di Rumah. Apa Manfaatnya?
TABLOIDBINTANG.COM - Tasya Kamila (26) tengah berbadan dua. Meski kondisi fisiknya mulai berubah, Tasya Kamila tetap berkomitmen menjalani hidup yang ramah lingkungan. Dalam keseharian, ia memperhatikan pemilahan sampah rumah tangga. Tasya Kamila rupanya memiliki tabung komposter pribadi yakni alat yang digunakan untuk membuat pupuk dari sampah sisa makanan. Menurut pelantun "Libu Tlah Tiba" itu, sikap ramah lingkungan bisa dimulai dari rumah.
"Salah satu komitmen saya terhadap lingkungan, memperhatikan sampah khususnya di rumah. Saya sudah mulai mengolah sampah menjadi pupuk kompos. Di rumah, saya menabung sampah. Saya memisahkan sampah basah yang bisa terurai alami seperti sisa makanan, kulit buah, dan daun-daunan. Setelah dimasukkan ke tabung komposter, disemprot dengan bioaktivator, diamkan 3 sampai 5 hari. Hasilnya, pupuk cair siap pakai," terang Tasya Kamila.
Setelah membangun sikap ramah lingkungan dari rumah, Tasya Kamila menularkannya kepada anak muda lainnya. Ia mengingatkan kaum muda soal penggunaan kantong plastik. Plastik, kata Tasya Kamila, butuh waktu lama untuk terurai. Karenanya, ia sangat prihatin dengan banyaknya sampah plastik yang mengambang di laut, sungai, dan ekosistem lain. Sampah plastik salah satu faktor pemicu rusaknya lingkungan dan punahnya satwa langka.
"Mungkin yang Anda buang cuma sebungkus permen. Seandainya ada satu juta orang melakukan hal yang sama, bayangkan betapa banyaknya timbunan sampah di laut. Itu baru plastik bungkus permen. Bagaimana dengan sampah yang lain? Mari mulai dari sekarang kita gunakan produk daur ulang. Pokoknya kita harus memaksimalkan prinsip reduce, reuse, dan recycle," imbau Tasya Kamila melalui tabloidbintang.com.
Imbauan yang sama disampaikan Tasya Kamila saat menghadiri acara penanaman pohon dalam rangkaian besar program Djarum Trees For Life (DTFL) di Sidoarjo, Jawa Timur, bulan ini. Sejak dimulai pada 2010, hingga kini DTFL telah menghijaukan jalur sepanjang 2.220 km dengan pohon trembesi. Langkah ini berpotensi menyerap 28,5 juta ton karbondioksida per tahun per pohon. Selain itu, lebih dari 700 ribu bibit mangrove telah ditanam di pantai utara Jawa Tengah.
Selain melakukan penanaman, DTFL kerap menggelar diskusi atau gelar wicara bertema "Pengaruh Sampah Terhadap Perubahan Iklim dan Dampaknya Terhadap Bumi." Salah satunya dihelat di Alun-alun Sidoarjo, Jawa Timur, yang diikuti puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. "Izinkan saya mengingatkan bahwa manusia punya kontribusi sangat besar dalam menghasilkan sampah dan emisi gas rumah kaca (GRK)," pungkas Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur – Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dr. Nandang Prihadi, S. Hut, M.Sc.