Ade Fitrie Kirana Sedih Musibah Banjir Dijadikan Bahan Lelucon
TABLOIDBINTANG.COM - Ade Fitrie Kirana sedih melihat bencana banjir yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya. Lebih dari itu, pemain sinetron Islam KTP dan Raden Kian Santang ini juga merasa prihatin dengan beragam komentar yang muncul di media sosial.
Ade menemukan sejumlah komentar bernada politis dan lelucon yang diunggah netizen. Komentar tersebut, menurut aktris asal Bandung ini, sangat tidak pantas, karena seharusnya semua pihak mencari solusi dan bergerak membantu meringankan beban para korban.
"Sayang sekali lebih banyak dijadikan komoditi politik ala sosmed ketimbang solusi bagi provinsi ini, sedangkan para korban tetap dalam kondisi kesulitan. Jadi mari kita doakan mereka semua agar bisa segera tertangani, dan jika ada yang mungkin untuk kita lakukan, mari kita lakukan dengan koordinasi sebaik-baiknya. Sebab, kebaikan apapun akan berpotensi mubazir jika tidak dikelola dengan seoptimal mungkin," kata Ade Fitrie Kirana.
Mengutip data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Ade meyakini hujan yang turun pada 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020 bukan hujan biasa. Curah hujan, kata Adefitrie, sangat ekstrem melanda sebagian besar Jawa bagian Barat dan Utara, hingga menyebabkan banjir besar dan merata di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung Barat, hingga Cikampek dan Cipali.
Ketimbang saling menyalahkan dan membuat lelucon yang tidak berguna, Ade Fitrie Kirana mengajak semua pihak untuk berhati-hati dengan pikiran, ucapan, dan tindakan.
"Karena semua itu bisa menjadi doa yang kemudian terkabulkan. Persoalannya adalah, ketika terkabul, apakah doa kita itu membawa kebaikan bagi kita sendiri dan orang lain? Jika tidak, ya sedari awal, berdoalah hanya dalam bentuk kalimat positif yang membawa kebaikan, dan bukan keburukan," bilang Ade. "Saya berharap untuk saat ini kita lebih banyak berfokus pada empati dan aksi, ketimbang caci-maki kepingin benar sendiri," imbuhnya.
Jakarta sudah lama dikenal sebagai kota yang sangat rawan banjir. Tapi, menurut Ade Fitrie Kirana, bukan berarti warga dan pemimpinnya bisa berpangku tangan, pasrah dengan kondisi yang ada.
"Jepang itu sudah berganti-ganti dinasti, kaisar, dan perdana menteri, tetapi tetap saja kena gempa. Lantas apakah berarti semua pemimpinnya gagal? Yang dilihat adalah upaya apa yang telah dilakukan oleh masing-masing pemimpin pada masanya dalam meminimalisir dampaknya dengan lebih baik lagi dari upaya sukses pemimpin sebelumnya, sesuai kapasitasnya masing-masing. Dan ini adalah hal yang bisa diukur," paparnya.
Jakarta sendiri sudah berkali-kali mengalami pergantian pemimpin. Namun tetap saja banjir tidak bisa terelakkan secara total. Ke depan, Ade Fitrie Kirana menilai perlu adanya evaluasi menyeluruh untuk meminimalisir dampak banjir. Dan tentunya segala bentuk penanganan harus diserahkan pada ahlinya.
"Harusnya di DKI ini kita sudah kenal nama-nama ahli banjir karena kita memang langganan banjir sejak zaman rikiplik dan VOC dulu kan? Jangan lupa, serahkan setiap urusan kepada ahlinya! Nah kita pun sebagai warga yang baik wajib turut bekerjasama dengan baik dengan upaya pemerintah, ya hal sepele dulu saja dengan menjaga lingkungannya masing masing, jagalah kotamu agar tetap bersih dari sampah dan tetap menjadi pengguna medsos yang bijak. Ingat apa yang kita ucapkan dan lakukan akan mendapat ganjarannya kelak. Jangan mudah mengeluarkan suatu ungkapan yang kita belum tau persis kondisi sebenarnya, lebih baik perbanyak bertafakur, istigfar dan berdoa. Semoga para korban bencana banjir diberikan kesehatan, diberikan ketabahan, digantikan yang berlipat ganda segala amal kebaikan yang dilakukan para relawan yang tergerak hatinya untuk menolong , dan Allah selalu melindungi kita semua, Aamiin!”
(ari)