Lika-liku Hidup Mongol Stres, Jadi Korban Penipuan hingga Masuk Penjara
TABLOIDBINTANG.COM - Sebelum dikenal sebagai komika, Rony Imannuel alias Mongol Stres memiliki hidup yang penuh dengan lika-liku. Bahkan dirinya pernah menjadi penyembah setan selama tujuh tahun. Pada 1997, akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari sekte sesat bernama First Satanic Church.
Kemudian dia menginjakan kaki ke Jakarta pada 1998 untuk sekolah pendeta gratis. Namun ternyata ia tertipu. Melihat kerasnya hidup di ibu kota, dengan bermodalkan Rp.100 ribu, dia bekerja pagi siang dan malam menghasilkan uang sebesar Rp.800 ribu sehari.
Cobaan hidupnya tak sampai di situ. Dirinya pernah masuk penjara saat menjadi asisten Dirly Idol. Komedian 37 tahun ini pernah dijebak seorang pejudi yang pada saat itu polisi sedang melakukan operasi besar. Hingga akhirnya, dia ditangkap dan menjadi narapidana selama dua bulan di Rumah Tahanan Kelas II Cipinang, Jakarta Timur.
Jungkir Balik Dunia Mongol dikupas dalam program Ngobrol Bareng Gus Miftah "New Look", Jumat (23/7), pukul 21.00 WIB
“Nah kalo muka udah kaya Mongol ini sudah tertekan kitanya, karena pasti tuduhannya kalau tidak tidak copet atau tukang hipnotis,” ungkap Mongol kepada Gus Miftah.
Obrolan selama satu jam, Ngobrol Bareng Gus Miftah hadir dengan konsep tampilan baru (new look). Gus Miftah bersama co-host Fanny Ghassani menggali sepak terjang Mongol mulai dari masa suramnya yang terjerat sekte penyembah setan, pengalaman pahit selama di penjara, hingga lika-liku perjuangan Mongol menaklukan tantangan hidup sebagai seorang anak dari ibu yang penyintas orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Sisi lain Mongol itupun dikulik dengan penuh keseruan karena di sela obrolan ada tantangan battle stand-up antara Mongol dan Gus Miftah. Perbincangan tidak hanya menghibur namun juga sarat akan nilai tentang sebuah proses panjang mengenai Jungkir Balik-nya Dunia Mongol, sampai kemudian kesuksesan bisa diraihnya.
Gus Miftah juga tak lupa memberikan quotes-nya, “Kenapa saya lebih suka olahraga jalan daripada lari? Karena hidup itu tentang perjalanan bukan pelarian,” tutur Gus Miftah.