Profil Eko Yuli Irawan, Veteran Angkat Besi Peraih Perak Pertama untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020
TABLOIDBINTANG.COM - Kontingan Indonesia kembali menambah perbendaharaan medali di Olimpiade Tokyo 2020. Setelah Windy mempersembahkan medali pertama, kini giliran Eko Yuli Irawan yang menyabet medali perak di cabang olahraga angkat besi.
Tampil di kelas 61 kg, Eko Yuli bersaing ketat dengan lifter nomor satu dunia asal Tiongkok, Li Fabin yang meraih emas. Dengan total angkatan 303 kg, terpaut 10 kg lebih sedikit dengan Li Fabin, Eko berhasil meraih medali perak.
Ini perak kedua bagi lifter asal Lampung di ajang Olimpiade. Di Olimpiade Rio 2016, ia menyabet perak pertama di kelas 62 kg. Selain perak, Eko pernah merebut perunggu di 2 Olimpiade sebelumnya yaitu Beijing 2008 kelas 56 kg dan London 2012 kelas 62 kg.
Eko bukan tidak pernah mendapat emas. Di multi event Asian Games 2018 Jakarta, ia sukses meraih emas sekaligus menyudahi penantian panjang podium tertinggi di level Asian Games. Sebelumnya di Sea Games 2007, emas untuk pertama kali berhasil diraih Eko.
Eko Yuli lahir di desa Tejo Agung, kecamatan Metro Timur, Kota Metro, Lampung, dari pasangan Saman dan Wastinah, pada 24 Juli 1989. Ayahnya bekerja sebagai pengayuh becak, sedangkan sang ibu penjual sayuran.
Semasa bocah, sepulang sekolah Eko mengisi waktu dengan menggembala kambing. Saat usia 11 tahun, tepatnya tahun 2000, Eko memutuskan ikut berlatih angkat besi bersama Yon Haryono yang baru membuka Sasana Kota Metro (Komet).
Dua tahun dibina Yon, Eko tumbuh menjadi bocah berbakat. Buktinya, pada 2002 Yon mengajak anak didiknya itu mengikuti kejuaraan nasional (Kejurnas) Remaja Yunior di Indramayu, Jawa Barat.
Saat itu Eko berkompetisi di bawah bendera Kalimantan Selatan. Hasilnya, medali emas diraih Eko. Hal sama ditorehkan dalam Kejurnas Angkat Besi di Denpasar Bali pada 2003.
Berkibar di pentas kejurnas, Eko dipinang PB PABBSI. Ketua Umum PABBSI kala itu, Dharma Surya, menawarkan ke Yon agar anak didiknya berlatih di Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat, dengan fasilitas lebih lengkap.
Pelatihan di Parung Panjang ini akhirnya mengantarkan Eko tampil di Kejuaraan Dunia Junior 2006. Eko meraih medali perak kategori 56 kg, dengan total angkatan 269.
Di tahun yang sama, di usia yang baru 17 tahun, ia tampil di Kejuaraan Dunia di Santo Domingo, Republik Dominika. Tampil di kategori 56 kg, Eko berada di urutan ke-8 dengan angkatan 266 kg.
Setelah momen tersebut, Eko terus berlatih lebih keras. Tempaan pelatih Lukman tak sia-sia. Dalam Kejuaraan Dunia Junior 2007 Eko meraih medali emas kategori 56 kg dengan angkatan seberat 273 kg.
Pada September 2007, Eko berangkat ke Chiang Mai, Thailand, untuk Kejuaraan Dunia 2007. Hasilnya, ia meraih medali perunggu dengan total angkatan 278 kg. Sebulan kemudian Eko meraih medali emas SEA Games 2007.
Nama Eko pun makin menjulang sebagai salah satu atlet Indonesia yang bisa diandalkan mengukir prestasi di kancah Olimpiade. Tampil di Kejuaraan Asia 2008 di Jepang pada Mei 2008, Eko menyabet medali perak dengan total angkatan 305 kg.
Selepas Olimpiade, suami dari mantan lifter Masitoh memutuskan kembali ke kelas 62 kg dan ia meraih medali perak Kejuaraan Dunia 2009 dengan angkatan 315 kg. Sejak itu prestasi demi prestasi ditorehkan Eko di kancah internasional.