Reza Artamevia Melambung Lewat Lagu Pertama, Lekat dengan Imej Seksi
TABLOIDBINTANG.COM - Reza Artamevia kembali menjadi perhatian setelah diduga tertangkap karena kasus naroba.
Reza Artamevia pertama kali dikenal khalyak lewat lagu "Pertama". Single pertama Reza Artamevia dengan cepat membuatnya jadi penyanyi terkenal di Indonesia. Imej seksi melekat pada sosok Reza Artamevia lantaran penampilannya di video klip pertama.
Berikut penuturan Reza Artamevia soal imej seksi yang pernah dimuat Tabloid Bintang Indonesia Edisi 386, Minggu Ketiga Agustus 1998.
Saya sangat bahagia album saya sukses di pasaran. Berarti kerja keras dan usaha tidak sia-sia. Album ini bukan hasil kerja sendiri, tapi banyak orang. Sekarang tanggung jawab saya makin besar. Dulu sebelum dikenal, saya bisa tampil lebih bebas. Sekarang saya harus bisa memelihara penghargaan yang telah orang-orang berikan pada saya. Saya harus bikin sesuatu yang tetap disukai.
Sewaktu menggarap album Keajaiban, saya memang optimis. Ini kan album perkenalan. Target saya, publik bisa menerimanya. Ternyata sambutan masyarakat melebihi target tersebut. Jelas saya sangat bahagia. Apalagi kalau mengingat perjalanan panjang yang telah saya lalui.
Pembuatan album ini memakan waktu 2 tahun. Pada 1996 lalu, album ini hampir saja dirilis. Tapi ada masukan yang menyatakan musiknya terlalu berat. Setelah dipikir-pikir, benar juga. Ada 2 lagu yang ditunda. Belum lagi kami melakukan mastering berkali-kali. Penggarapan klip "Pertama" saja sampai 2 kali. Waktu itu kurang sesuai dengan imej yang diinginkan. Saya menginginkan klip yang simpel, tidak banyak warna. Musiknya sendiri tidak bisa dibilang simpel. Biar balance. Sebenarnya, lagu "Pertama" itu sendiri telah mengalami perubahan sampai 4 kali. Jadi lagu Pertama yang sekarang kita dengar itu versi yang keempat.
Saya seksi? Masa sih? Memang sejak penampilan saya di klip "Pertama", banyak yang bilang saya seksi. Saya sendiri tidak merasa seksi. Ya, saya anggap itu pujian. Berarti akting saya di klip itu sukses dong.
Bagian tubuh yang paling saya suka, pita suara. Ini modal saya. Selain itu, rambut. Rambut bisa mengubah karakter seseorang. Kuping saya caplang, tapi saya tetap menyukainya. Kita harus bisa menerima diri kita apa adanya.
Sekarang saya jadi penyanyi. Padahal waktu kecil saya sempat malu kalau disuruh menyanyi di depan kelas. Masalahnya, suara saya sangat besar. Sebenarnya sih, malu-malu tapi mau. Kalau nyanyi sendiri di depan kaca, saya berani. Saya sering nyanyi sambil bergaya. Pokoknya centil banget. Tapi begitu ada yang melihat, malu.
Waktu kecil saya juga suka menari. Saya bisa membawakan tarian Jawa klasik. Jujur saja, sebenarnya saya lebih suka menari dibanding menyanyi. Bahkan saya pernah bercita-cita jadi penari. Mungkin karena besar di lingkungan yang mencintai dunia tari. Kakek punya sanggar tari Jawa. Mama juga penari. Waktu muda, Mama sering menari di Istana Negara. Dari zaman pemerintahan Presiden Sukarno sampai Presiden Suharto. Di samping menari, Mama juga mengajari saya menyanyi. Beliau mengajari saya menyanyi dengan penghayatan.
Ketika kelas 4 SD, saya diminta mewakili sekolah dalam kejuaraan menyanyi. Ternyata saya berhasil meraih juara. Sewaktu sampai di rumah, Mama kaget sekali. Saya tidak bilang lebih dulu. Mama sendiri baru tahu saya menang setelah diberi tahu sopir yang mengantar. Sejak itulah, saya mulai percaya diri. Mama juga semakin giat melatih. Mungkin Mama punya obsesi jadi penyanyi. Suara Mama bagus lho. Beliau pernah bercita-cita jadi penyanyi. Saya justru kebalikannya. Sampai duduk di bangku SMP, saya masih bercita-cita jadi penari. Waktu SMA saya masih menari.