Rintihan Pilu Saipul Jamil Ditinggal Istri Kedua: Istriku, Bangun. Bangun Istriku ...
TABLOIDBINTANG.COM - Membicarakan dan mengenang Saipul Jamil di masa lalu tiada habisnya. Dia adalah pendangdut yang memiliki pamor luar biasa di masanya. Sampai kasus pencabulan terhadap lelaki di bawah umur lima tahun lalu, merenggut segala yang dimilikinya. Karier, popularitas, hingga kekayaannya. Runtuh dalam sekejap.
Tapi dari antara semua kisah yang menyertai Saipul Jamil, adalah kisahnya dengan Virginia Anggraeni—istri keduanya—yang paling memilukan. Itu mungkin juga menjadi masa paling menyesakkan di dalam kehidupan Ipul. Siapa yang menyangka, baru dirundung cinta, baru mesra-mesranya menjadi sepasang suami istri. Dalam hitungan bulan sang istri tewas dalam kecelakaan tunggal. Mirisnya lagi, yang meyetir mobil saat itu dalah Ipul sendiri.
Teriakan bercampur tangis itu terucap dari mulut Ipul, beberapa saat setelah mobil Avanza merah marun B 1843 UFU itu terdiam dalam kondisi mengenaskan 30 meter dari KM 96,5, tempat kecelakaan terjadi. Mobil dalam posisi terguling, dengan roda kiri di atas. Kaca belakang bolong, kaca dan pintu bagian kanan ringsek. Hampir terlepas. Satu per satu korban yang masih di dalam mobil coba dikeluarkan. Tiga orang yang duduk di bagian depan – Ipul; kakak laki-laki Ipul, Samsul; beserta anaknya yang berusia 8 tahun -- adalah korban yang nyaris tidak mengalami luka. Mereka yang keluar terlebih dulu.
Rintihan dan tangis terdengar dari kursi paling belakang dan tengah. Semua hampir dipenuhi darah. “Sakit. Sakit sekali. Bahkan saya enggak mau mengingat-ngingat itu kalau bisa,” ungkap Ipul berkaca-kaca. Istrinya tergencet paling bawah dalam posisi mobil seperti itu. Gamis putih yang dipakai, bagian atasnya berganti warna merah.
Wajahnya, kepalanya, tidak dapat digambarkan oleh kata-kata. “Istriku bangun, bangun. Bangun, istriku. Saya berusaha terus memanggil namanya. Saya berharap masih ada kejaiban untuknya. Tapi dia tidak bergerak lagi. Saya yang mengangkat dia dari mobil. Tidak benar kalau ada yang bilang istri saya terlempar keluar. Dia tergencet, terbentur. Subhanallah. Maaf kalau saya enggak bisa menggambarkan saat-saat itu. Berat sekali buat saya,” ucapnya hampir terisak.
Ipul kerap berpikir, “Kalau bisa ditukar, biar saya yang meninggal. Dan dia hidup. Saya rasa suami mana pun yang mencintai istrinya akan berkata sama.” Baginya, cinta mereka benar-benar tak terpisahkan. “Andaikan ya, andai saya melihat kejadian di masa depan, saya tidak akan jalan siang itu. Memang sebelum keberangkatan kami ke Jakarta itu, sedikit resah. Dari yang tadinya mau jalan malam, enggak jadi jalan malam. Mau jalan subuh, enggak jadi jalan subuh. Sampai kami jalan agak siang,” ungkap Ipul.
Hati, intuisi memang tidak dapat dibohongi. Peristiwa naas itu terjadi. Fase ini adalah fase terberat Ipul di masa lalu. Seminggu setelah kejadian, ketika pulang ke rumah yang mereka tinggali bersama di Jakarta, hati sesak rasanya. “Semua yang dia lakukan seolah masih terasa di rumah itu. Barang-barangnya masih ada di sana. Dasternya masih ada di tempat tidur. Perlengkapan terakhir yang dia gunakan untuk memasak masih ada di dekat cucian piring. Saya rasanya tidak kuat,” ungkap Ipul kala itu, di tahun 2011.
Tetapi siapa yang menyangka juga, 5 tahun kemudian, di tahun 2016, Ipul boleh dibilang mengalami fase yang lebih berat lagi. Ketika dua pemuda melaporkannya karena tindakan asusila. Ini momen-momen terberat. Citranya, kariernya hancur seketika. Hari ini bebas dari penjara, Ipul mengaku, “Kapok!” begitu ujarnya.