Bersyukur Tanpa Libur, Catatan Kehidupan Arswendo Atmowiloto: Lucu dan Menghibur
TABLOIDBINTANG.COM - Penulis kampiun Arswendo Atmowiloto ternyata menyimpan kisah mengharukan tentang seekor anjing peliharaan yang diberi nama Jili. Keluarga Arswendo punya banyak anjing, tapi Jilli berbeda. Saat Arswendo berada di rumah, Jili akan terus mengikuti ke manapun pergi. Jili akan dengan setia menemani sampai tertidur ketika Arswendo sibuk mengetik. Jili bahkan bisa mogok makan karena merindukan Arswendo. Ketika Arswendo dipenjara, Jili bahkan pernah diselundupkan dengan berbagai cara agar bisa bertemu. Arswendo sendiri yang menguburkan saat Jili mati.
Selain soal kisah Jili yang lucu dan mengharukan, Arswendo Atmowiloto menulis banyak tema menarik di buku Bersyukur Tanpa Libur, Catatan Kehidupan Arswedo Atmowiloto yang diterbirkan Gramedia. Ada kisah tak kalah mengharukan saat membeli mesin tik pertama di awal-awal menikah dengan Agnes Sri Hartini. Berdua mereka menabung; Arswendo dari honor menulis, Agnes dari upah sebagai penjahit. Setelah dirasa cukup, berdua mereka pergi ke toko, dan pulang jalan kaki menenteng mesik tik baru. Sebagai penulis yang tengah merintis karier, mesin tik menjadi senjata utama. Sebelumnya dia terpaksa pinjam dan harus antre, atau memanfaatkan milik orang yang tak dipakai.
Saat kecil Arswendo sangat menyukai pertunjukan wayang kulit. Lama-lama dia hafal semua tokoh dan cerita wayang kulit. Bahkan bisa mendalang (memainkan pertunjukan wayang kulit) dengan disaksikan anak-anak sebayanya. Kebiasaan mendalang ini ternyata berpengaruh besar pada kepercayaan diri Arswendo yang ketika kecil tak jago dalam akivitias fisik. Tapi kegemaran mendalang terpaksa tak berlanjut karena orangtua tak mendukung. Setelah dewasa, saat mendapat kesempatan mengikuti program penulisan kreatif di Iowa, Amerika, Arswendo sekali lagi menampilkan kepiawaian mendalang di hadapan para bule.
Ada banyak hal serba pertama dituturkan Arswendo dalam buku Bersyukur Tanpa Libur. Selain mesin tik pertama, ada kisah ibu yang pertama, tato yang pertama, mobil yang pertama, dan perkenalan pertama dengan makhluk halus. Ada pengalaman lucu soal mobil pertama. Satu malam Arswendo yang sudah bisa nyetir mobil, memakai mobil kantor menghadiri satu acara. Di tengah acara, ada pemberitahuan mobil dengan nomor polisi sekian belum dimatikan lampunya. Mendengar ini Arswendo tertawa dan mencela si pengemudi mobil. Belakangan baru dia tahu itu adalah mobil yang dia kemudikan.
Soal hantu atau hal-hal tak masuk akal, ada beberapa peristiwa menarik yang diceritakan. Salah satunya ketika menjalani sidang pertama dalam kasus tabloid Monitor. Pagi-pagi sekali Arswendo dibawa ke pengadilan saat gedung belum buka. Ketika menunggu dia melihat sosok pria botak yang tersenyum ramah padanya. Melihat keramahan pria itu, Arswendo pun bertanya pada petugas yang mengawalnya. Ternyata mereka semua tak ada yang melihat pria botak yang diceritakan Arswendo. Siapakah pria itu?
Ada juga kisah menarik lain soal sang ayah, yang katanya sudah tahu pasti kapan akan meninggal. Beberapa saat sebelum meninggal, sang ayah sudah membagi tugas apa yang harus dilakukan anak-anaknya, termasuk Arswendo.
Tulisan yang dibuat Arswendo Atmowiloto dalam buku Bersyukur Tanpa Libur kabarnya baru ditemukan beberapa bulan setelah dia berpulang. Melihat ada banyak sekali tema menarik yang ditulis almarhum, keluarga sepakat menerbitkan dalam bentuk buku. Buku ini juga berisi tulisan berisi kesaksian istri, anak, menantu, tentang sosok yang di keluarganya dipanggil Mbah Kakung ini. Beberapa pengarang populer juga orang-orang yang pernah dekat atau menjadi anak buahnya ikut ambil bagian. Buku dengan isi yang sangat menarik.
Seperti biasa, Arswendo Atmowiloto menulis dengan lincah, renyah, mengharukan tanpa bertele-tele, lucu tanpa bermaksud melucu, dan penuh makna tanpa banyak kata. Sisi lain sosok penulis produktif ini banyak diungkap di buku Bersyukur Tanpa Libur, Catatan Kehidupan Arswendo Atmowiloto. Beberapa juga mengejutkan. Selamat membaca.