Lisa Anggara, Tantangan Konten Kreator Dari Hadapi Nyinyiran Netizen Sampai Bantu Pariwisata di Masa Pandemi

Vallesca Souisa | 15 April 2021 | 01:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sejak Pandemi melanda, kehadiran media sosial dan berbagai bentuk platform digital kian signifikan. Paltform digital menjadi bagian penting dari kehidupan kita. Bagaimana tidak? Hampir semua kebutuhan dan kepentingan kini dipenuhi secara online. Hampir sebagian besar bisnis pun beralih ke bentuk online. 

Instagram, YouTube, TikTok, dan beragam bentuk platform lainnya jadi lahan bisnis hiburan yang menjanjikan. Untuk itu, kini semua ingin jadi YouTuber, ingin jadi konten kreator, ingin jadi selebgram. Bukan lagi alternatif, tapi memang bisa menjadi profesi yang menghasilkan, terutama di masa pandemi seperti ini. 

Lisa Anggara, peserta salah satu variety show di RCTI berbagi pengalamannya sebagai konten kreator. Ia mengawali profesi ini sejak tahun 2017. Dari hobi traveling, ia mendokumentasikan perjalanannya, dan mulai ngepost untuk konten Instagramnya. Ini adalah aktivitas yang menurutnya asyik, dan tanpa disadari bisa bermanfaat juga bagi orang lain.

“Mungkin seperti banyaknya anak muda, ya... awalnya bosan dan jenuh dengan kerjaan kantor, iseng-iseng coba promosiin foto-foto dan kadang membantu dagangan teman, dari baju, makanan. Feedback-nya bagus. Lama-lama fokus. Karena dari dulu saya memang suka traveling, akhirnya ini (travelling) saya jadikan target,” ungkap wanita berusia 25 tahun ini. 

Banyak juga tantangannya. Mula-mula, Lisa harus mengeluarkan biaya sendiri untuk konten jalan-jalannya. Dari tiket pesawat, sewa hotel, makan, dan lainnya. Selain itu, karena belakangan banyak sekali konten kreator bermunculan, ia harus mengemas sesuatu yang berbeda. “Saya berusaha bikin konten yang ada aspek fashionnya. Bukan hanya menyorot destinasinya saja,” bilang Lisa. 

Tak hanya menambah nuansa fashion dalam kontennya, sisi beauty pun menjadi perhatian. “Apalagi saya dikategorikan ‘plus size’. Saya ingin menunjukkan bahwa imej cantik di Asia bukan hanya yang putih, tinggi, langsing. Wanita-wanita yang curvy juga boleh pakai, pakaian yang berani,” ungkap Lisa. 
Banyak pujian, banyak yang merasa terinformasi dengan konten Lisa, juga terinspirasi. Namun tak dimungkiri, namanya netizen, ada saja yang melontarkan komentar julid. Ini jadi  tantangan lainnya. “Kalau cibiran udah sering banget, karena ya postur badan saya yang bisa dibilang gemuk. Lalu baju-baju yang saya suka cenderung terbuka, jadi bisa dibayangkan cibirannya,” ucap Lisa. 

Awalnya sih, sedih juga dikata-katain. Namun, berkat dukungan orang-orang terdekat—khususnya tunangannya—Lisa tidak mudah down. “Bukan berarti menjawab mereka satu per satu. Tapi saya beberapa kali bikin postingan stories yang ditujukan juga bagi wanita-wanita lain, yang mungkin mengalami hal serupa, biar enggak down. Mau sesempurna apapun, pasti ada aja yang nyinyirin. Jadi, hiraukan aja, dan be yourself!” 

Selebihnya, fokus memberikan informasi, pesan yang memang berguna bagi khayalak luas, dan berusaha memberikan dampak yang baik bagi sekitar. Terutama di masa Pandemi. Contohnya, sektor pariwisata dan travel diakui sangat terpukul. Lisa, yang memiliki pengikut di Instagramnya hampir 100 ribu ini, memanfaatkan platfomnya untuk membantu membangkitkan kembali sektor pariwisata yang sempat melesu. 

“Sebelum pandemi, kalau saya terima invitation untuk visit ke suatu tempat, saya terima fee. Tapi karena saya juga ngerti ini masa-masa sulit, terutama 2020 lalu. Kita harus saling membantu. Jadi saya menerima kadang tanpa bayaran. Malah kadang harus keluar biaya pribadi kayak bensin, tol, makan untuk support bisnis-bisnis di Bali,” papar Lisa. Tetap terus berkarya, menyebar kebaikan, dan memberi dampak positif!
 

Penulis : Vallesca Souisa
Editor: Vallesca Souisa
Berita Terkait