RESENSI FILM The Kid Who Would Be King: Kisah Raja Arthur dalam Budaya Modern
TABLOIDBINTANG.COM - Kisah King Arthur diadaptasi dengan gaya modern di film The Kid Who Would Be King. Kisah fantasi yang seru, efek visual canggih dan konflik keluarga serta persahabatan yang menyentuh hati terangkum di film The Kid Who Would Be King.
Alexander Elliott atau biasa disapa Alex (Louis Ashbourne Serkis), menjadi tokoh utama dalam film The Kid Who Would Be King. Siswa sekolah menengah ini bersahabat karib dengan Bedders (Dean Chaumoo), yang sama-sama dirundung di sekolahnya. Mereka kerap dikerjai Lance (Tom Taylor) dan Kay (Rhianna Dorris), siswa dan siswi yang 'berkuasa' di sekolah. Suatu hari, demi melarikan diri dari kejaran Lance dan Kay, Alex menyusup ke sebuah bangunan gedung mangkrak. Di sini, ia menemukan sebuah pedang dan berhasil mencabutnya. Setelah itu, rentetan kejadian magis melanda Alex dan orang-orang di sekitarnya.
The Kid Who Would Be King merupakan sebuah tontonan yang mudah dicerna segala usia, namun tidak membosankan. Melakukan modifikasi pada kisah King Arthur, The Kid Who Would Be King memberikan gambaran kisah legendaris yang diadaptasinya lewat animasi singkat namun digarap serius di awal film. Film ini tak sekadar improvisasi kekinian kisah Raja Arthur. Isu-isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, dimunculkan di sini. Tokoh Alex, selain menjadi korban bully, dibesarkan oleh ibunya saja. Tak jarang sosok kerinduan terhadap sang ayah membuatnya rapuh. Akting Louis Ashbourne Serkis patut mendapat standing ovation. Bocah berusia 14 tahun ini sungguh piawai dalam bermain ekspresi. Membedakan kesedihan yang diakibatkan rasa sepi, dirundung, sampai gagal melakukan sesuatu, terpancar dengan berbeda dan tetap meyakinkan, dan yang terpenting tetap terlihat natural.
Karakter pendamping yang muncul di The Kid Who Would Be King juga dibangun dengan kuat, tanpa membuat karakter utamanya kalah pamor. Lihatlah karakter Merlin, yang ketika menyamar jadi muda diperankan oleh Angus Imrie sementara versi tua dibawakan Patrick Stewart, sukses membuat gemas di setiap pemunculannya. Demikian pula karakter Bedders, sahabat Alex yang meski konyol sebenarnya pintar dan baik hati. Aktor cilik Dean Chaumoo konsisten tampil polos, sekaligus bijak di beberapa adegan. Tak ketinggalan Morgana, si Ratu Jahat yang terlihat mengerikan di tangan aktris Rebecca Ferguson. Jangan lupakan pula ibunda Alex (diperankan Dennis Gough) yang meski tampil tak banyak tapi selalu membuat adegan yang menampilkan sosoknya terasa emosional.
Pemilihan pemain yang tepat, naskah yang kuat dan efek khusus yang meyakinkan membuat film berdurasi 120 menit ini terjaga keseruannya. Sutradara Joe Cornish seolah tahu betul bagaimana menjaga mood penonton tetap 'up' sampai film selesai.
(ray/ray)