PSP Gaya Mahasiswa: Tak Semua Lawakannya Efektif Memantik Tawa
TABLOIDBINTANG.COM - Langkah Falcon Pictures membuat ulang Warkop DKI menyadarkan sejumlah pihak bahwa harta karun film Indonesia tempo dulu bisa dijadikan senjata canggih saat ini. Berturut kita melihat lahirnya sejumlah film remake atau sekuel yang sukses menyerap penonton dari Ada Apa Dengan Cinta 2, Pengabdi Setan, hingga yang terbaru Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur. Tak semua sukses memang, mengingat Benyamin Biang Kerok dan Lagi-lagi Ateng melempem di pasar.
PSP Gaya Mahasiswa meski bukan remake, mengandalkan nama besar Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks yang melegenda di era 1980-an. Mereka yakni Omen (Adjis), Monos (Imam), James (Dimas), Rojali (Boris), Dindin (Uus), Ade (Abdur), Adit (Wira), dan Andra (David) yang kuliah di Universitas Indonesiaku. Para mahasiswa ini terancam DO karena sering jail di kampus dan tidak memperlihatkan prestasi gemilang.
Kondisi ini diperparah dengan tunggakan uang kos yang membuat ibu kos (TJ) mengomel. Belum lagi, kafe tempat mereka manggung memutuskan hubungan kerja. Alasannya, orkes moral sudah tidak tren. Yang sedang digandrungi publik, musik dansa elektronik. Tak putus asa, para personel OM PSP mencari cara agar tetap eksis. Mereka terus menulis lagu. Inspirasi lagu datang saat ibu kos memperkenalkan induk semang yang baru, Fatima (Aura).
Film ini gagal mencetak box office karena banyak faktor. Pertama, generasi zaman now berjarak dengan PSP. Mereka tidak mengenal para seniman besar ini. Kalau pun mengenal bisa jadi hanya lagu, bukan nama mereka. Saya misalnya, yang lahir pada 1984, baru tahu kalau PSP juga menyanyikan "Kidung" milik Chrisye dan "Siksa Kubur." Setahu saya, "Siksa Kubur" lagu dangdut yang dibawakan Ida Laila. Kaget juga, saat konser mini PSP membawakan dua nomor ini.
Faktor lain, tidak semua lawakan film ini sukses mengocok perut penonton. Adegan di mobil yang sedang melaju lalu Dindin kebelet pipis dan memaksa ingin keluar berakhir garing. Tidak semua pemain bisa membangun interaksi yang intens dan saling memiliki.
Kondisi ini membuat beberapa adegan PSP Gaya Mahasiswa terkesan seperti sketsa komedi yang berdiri sendiri-sendiri. Ada yang sibuk taruhan, salah paham, mengurai simpul rumit hoaks, dan lain-lain. Belum lagi karakter Fatima agak kabur. Ia seolah datang dan pada akhir film, saya pribadi tidak merasakan dampak besar dari kehadirannya. Meski demikian, PSP Gaya Mahasiswa tak sepenuhnya gagal. Ada Uus dengan ekspresi konyol yang membuat saya dan penonton lain tertawa.
Unsur lain yang ditawarkan film ini, nostalgia dan bernyanyi bersama. Yang tidak familier dengan PSP pun bisa menyenandungkan lirik bernas yang mereka tulis. Film ini pada hakikatnya, penghormatan terhadap para seniman lulusan Kampus Kuning.
Dikemas secara kekinian agar lebih dekat dengan generasi milenial. Isu yang diusung pun sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang rentan hoaks dan intoleransi. Selain menghibur, musik sejatinya tercipta untuk menghangatkan rasa kemanusiaan. Momen para personel OM PSP menggalang dana untuk Euis lewat konser amal buktinya.
Pemain : Adjis Doaibu, Imam Darto, Dimas Danang, Boris Bokir, Uus, Abdur Arsyad, Wira Negara, David Schaap, Aura Kasih, TJ
Produser : Ody Mulya Hidayat
Sutradara : Hilman Mutasi
Penulis : Hilman Mutasi, Yanto Prawoto, Baskoro Adi
Produksi : Max Pictures
Durasi : 1 jam, 36 menit