Scary Stories to Tell in the Dark: Cerita Seram yang Menjadi Nyata
TABLOIDBINTANG.COM - Scary Stories to Tell in the Dark tayang di bioskop Indonesia mulai hari ini, Rabu 7 Agustus 2019. Scary Stories to Tell in the Dark merupakan adaptasi dari buku cerita anak berjudul yang diterbitkan pada tahun 1981.
Scary Stories to Tell in the Dark mengambil setting tahun 1968, di sebuah kota kecil bernama Mill Valley. Scary Stories to Tell in the Dark berkisah tentang petualangan sekelompok anak SMA ke rumah tua yang membawa petaka.
Tiga sekawan yang terdiri dari Stella (Zoe Colletti), Auggie (Gabriel Rush) dan Chuck (Austin Zajur) nekad mengerjai Tommy (Austin Abrams) tukang bully di sekolahnya. Tommy marah dan mengejar mereka, membuat ketiganya secara tak sengaja bersembunyi di mobil milik Ramon (Michael Garza). Dalam waktu singkat, perkenalan tak sengaja ini membuat mereka jadi akrab. Mengingat hari itu bertepatan dengan Halloween, Stella mengajak Ramon ke sebuah rumah tua milik keluarga Bellows yang lama terbengkalai dan dikenal angker. Cerita yang beredar di kalangan warga setempat, Sarah Bellows selaku satu-satunya putri di keluarga itu bunuh diri.
Setelah menjelajahi rumah itu, Stella mengambil sebuah buku. Peristiwa aneh terjadi. Buku itu menuliskan ceritanya sendiri dengan, dan menjadi nyata. Satu demi satu teman Stella menjadi tokoh dalam cerita di buku tersebut, dan berakhir celaka. Apa yang sebenarnya terjadi dan mampukah Stella menghentikan teror buku itu?
Scary Stories to Tell in the Dark disutradarai oleh André Øvredal, dan diproduseri Guillermo del Torro, yang juga membuat ceritanya. Tidak mengejutkan jika beberapa sosok lelembut di film ini mengingatkan pada makhluk lain yang pernah disutradarainya, seperti Pan’s Labyrinth atau The Shape of the Water.
Scary Stories to Tell in the Dark masih mempertahankan rumus klasik film horor: sekelompok anak muda yang bermain di rumah angker kemudian diganggu kejadian mistis, satu demi satu diteror dan bersama memecahkan misteri. Yang membuat menarik adalah latar beberapa karakter inti, dengan segala problematikanya. Stella misalnya, sejak kecil ditinggal pergi ibunya tanpa tahu alasannya. Demikian pula Ramon yang terlihat melarikan diri dari sesuatu yang cukup bikin penasaran. Pemilihan pemain yang tidak populer, justru membuat interaksi keempatnya terlihat alami dan tulus. Cara sutradara menimbulkan kengerian pun cukup efektif, seperti dari rumah tua yang menyeramkan atau ladang jagung yang mencekam. Jumpscare-nya tidak banyak, namun diracik cukup cerdas dalam membangun ketakutan. Sebuah film horor yang ringan tapi seru dan penuh misteri hingga akhir film.
(ray / ray)