RESENSI FILM Joker: Kisah Kelam Si Jenaka
TABLOIDBINTANG.COM - JOKER, sosok pemilik senyum mengerikan yang dikenal sebagai musuh Batman, hadir di layar lebar sebagai karakter utama. Diperankan oleh Joaquin Phoenix, film Joker mengulik masa lalu karakter yang terkenal kejam ini.
Film bercerita tentang Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) yang harus banyak berjuang dalam hidupnya. Ia senantiasa berusaha berbuat baik, meski kata sempurna jauh dari kehidupan yang dijalaninya. Arthur memiliki masalah kejiwaan, kerap kali ia tak bisa menahan tawa. Hal ini membuatnya harus rutin berkonsultasi dengan pekerja sosial dari dinas kesehatan. Arthur ingin menjadi seorang komedian, tapi kini bekerja sebagai badut. Tak jarang ia diganggu oleh anak-anak iseng ketika bertugas mempromosikan toko. Di rumah, Arthur mengurus ibunya yang renta dan sering meracau.
Kehidupan seolah tak memihak Arthur. Masalah datang silih berganti. Puncaknya, Arthur kehilangan pekerjaan. Di tengah kesedihannya ia masih mendapat perundungan di transportasi umum. Di sini emosinya tak lagi terkontrol. Langkah berani pun diambilnya, dan perlahan mengubah pandangan serta sikapnya dalam menghadapi masalah.
Cerita yang dibuat Todd Phillips dan Scott Silver ini merangkum momen krusial dalam kehidupan Arthur. Beberapa fase kehidupan Arthur digambarkan dengan dramatis, dan membuat trenyuh. Plot tentang asal usul Arthur dibangun dengan apik dan mengundang rasa penasaran.
Bukan perkara mudah membuat karakter yang sudah terkenal kejam menjadi sosok yang layak mendapat empati. Film Joker berhasil menghadirkan hal itu. Joaquin Phoenix membawakan karakter Arthur dengan luwes. Mulai dari bentuk fisik, ekspresi wajah sampai gestur tubuhnya begitu total menggambarkan kegusaran yang dirasakan Arthur.
Sutradara Todd Phillips menampilkan gambar-gambar puitis, dirangkai dengan adegan dramatis yang pemunculannya sering tak tertebak. Menit-menit awal Joker mungkin terasa mengalir pelan. Namun secara perlahan, dihadirkan momen-momen emosional yang membuat film terasa greget, bahkan durasi 121 menit menjadi tidak terasa. Ilustrasi musik dan dialog tajam sangat menunjang mood dan pesan yang hendak disampaikan.
Setelah menonton Joker, Anda mungkin dihantui pertanyaan ini: apakah Joker sosok yang seharusnya dibenci atau malah dikasihani?
(ray / ray)