Astrid Sartiasari Prioritaskan "Makeover" Kamar
TABLOIDBINTANG.COM - Astrid Sartiasari (36) sudah hampir setahun ini menempati rumah baru di kawasan Simprug, Jakarta. Masih banyak ruangan kosong di rumahnya yang mesti dirias. Itu sebabnya, ia menyusun skala prioritas, mana yang mesti dirias lebih dulu.
Kata orang tua zaman dulu, mengisi dan merias rumah itu proyek seumur hidup. Satu ruang dirias, ruang lainnya “iri”. Orang tua juga bilang mengisi rumah itu jangan sekaligus. Lakukan bertahap agar bisa membeli barang yang punya makna, punya cerita. Awalnya pelantun “Jadikan Aku Yang Kedua” dan “Tentang Rasa” tidak percaya. Namun setelah pindah ke rumah baru, Astrid mengamininya.
“Orang tua saya bilang, barang-barang yang mengisi rumah mesti 'hidup'. Misalnya, saya lagi jalan-jalan di Istanbul, melihat lampu yang bentuknya unik, lalu terpikir untuk membeli dan meletakkanya di salah satu ruangan di rumah. Saya ingin barang-barang yang masuk ke rumah itu punya cerita untuk dibagikan kepada anak dan kerabat yang berkunjung,” urai Astrid di acara “20 Tahun Malinda Furniture and Gallery” di Kemang, Jakarta, pekan lalu.
Astrid rajin membaca majalah properti dan menyambangi galeri furnitur. Ia melibatkan suami, Arlan Jumarwan Djoewarsa, dalam menentukan konsep rumah hingga warna tembok. Setelah konsep disepakati, keduanya menyusun skala prioritas terkait bagian mana dulu yang mesti di-makeover. Yang langsung terlintas di benak mereka, kamar.
“Kami beli tempat tidur baru dan mendekorasi ulang. Ruangan lain bisa dipikirkan nanti. Saya dan suami sama-sama punya karier. Jam dan durasi kerja kami tidak tetap. Kadang saat pekerja lain pulang, saya baru mulai kerja. Kalau ada waktu senggang, kami lebih banyak menghabiskan waktu di kamar untuk istirahat. Saya menghabiskan uang lebih banyak untuk beli tempat tidur. Setelah kerja berjam-jam, saya dan suami maunya tidur di ranjang yang nyaman, dengan seprai yang tebal tapi sejuk, dan seterusnya.” ibu satu anak bernama Alec Djuara Djoewarsa ini menjelaskan.
Ruangan-ruangan di rumah, menurut Astrid, sudah bisa berfungsi. Hanya perlu dirias ulang agar mencerminkan kepribadian dan selera tuan rumah. Setelah merias kamar, Astrid menentukan warna tembok rumah. Ia memilih warna netral, putih.
“Desain rumah kami modern dengan ruang tamu berkonsep Skandinavia. Agar tak monoton, variasi warna dimainkan pada furnitur. Misalnya, sofa warna velvet dan memilih karpet berwarna-warni. Karena merias rumah itu butuh biaya besar, skala prioritas harus dibuat,” sambungnya.
Saat menentukan konsep dan warna tembok, Astrid membagi pikiran dengan melirik dapur dan area basah seperti kamar mandi serta ruang untuk mencuci baju.
Dapur simbol kebutuhan pangan, kamar mandi dan ruang mencuci cermin kebutuhan sandang. Setelah itu memikirkan meja makan, sofa untuk ruang tamu, televisi, lemari buat barang pecah belah, dan meja konsol.
Diakui Astrid, bujet makeover dan mengisi rumah bisa mencapai ratusan juta rupiah.
“Alhamdulillah, suami oke,” ujar dia.
Ada satu permintaan suami yang sampai sekarang belum dibeli Astrid, yakni sofa BarcaLounger.
“Saya menyebutnya sofa paling malas. Beberapa kali suami menyindir, 'Kapan, ya dibelikan?' Saya berpikir, sofa model begitu mau ditempatkan di mana? Saya belum beli karena belum menemukan ruang atau sudut yang cocok untuk diisi sofa jenis ini. Saya jawab, 'Sabar saja.' Ha ha ha,” imbuh Astrid.
Ia mengingatkan para ibu agar berbelanja di galeri furnitur terpercaya dan mematuhi skala prioritas.
“Kita boleh menghabiskan uang lebih banyak untuk satu barang yang kita suka. Sofa kulit, misalnya. Harganya tidak bisa murah. Lebih dari 20 juta, enggak apa-apa. Selebihnya, harus sesuai skala prioritas,” tutup dia.
(wyn / gur)