7 Langkah Amankan Akun dan Riwayat Transaksi Pribadi di Aplikasi, Apa Saja?
TABLOIDBINTANG.COM - April 2021, jagat maya dihebohkan dengan akun Twitter yang membuat utas di lini masa dan mengunggah bukti transaksi sewa hotel di aplikasi Traveloka. Rupanya, ini terkait dengan penangkapan eks petinggi FPI, Munarman, oleh aparat beberapa hari sebelumnya. Utas ini ditanggapi beragam oleh warganet. Tak sedikit yang bertanya, mengapa data transaksi yang seharusnya terlindungi bisa bocor di medsos? Pertanyaan lain, masih amankah bertransaksi tiket pesawat, sewa hotel, dan sejenisnya lewat aplikasi termasuk Traveloka?
Mencermati sejumlah voucer hotel yang ditampilkan dalam satu foto, pengamat IT sekaligus Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah menyebut itu hasil penyuntingan. Di situ tercantum nama aplikasi dan identitas pemesan yang kini jadi buah bibir. Ada dua pihak yang patut disorot terkait dugaan bocornya data konsumen. Pertama, peladen aplikasi. Kedua, pengguna yang usai bertransaksi, menerima konfirmasi pemesanan lewat email.
“Tinggal kita lihat karakteristik dari dua sumber legal tersebut, dari mana bocornya. Kalau sumber kebocoran dari platform aplikasi, masa cuma satu-dua kasus yang muncul? Berkaca pada sejumlah kasus sebelumnya, kebocoran data pribadi konsumen yang terjadi akibat kelalaian pihak aplikasi biasanya bersifat massal atau sangat banyak,” ulas Ruby saat kami hubungi lewat telepon, Selasa (11/5/2021). Ia yakin kebocoran data pengguna bukan dari pihak Traveloka. “(Karena) dalam kasus Traveloka tempo hari, nyaris tidak ada keluhan dari mayoritas masyarakat tentang hal yang sama,” imbuh Ruby.
Diberitakan sebelumnya, Head of Corporate Communications Traveloka, Reza Amirul Juniarshah, telah mengklarifikasi bahwa pihaknya melakukan investigasi internal terkait dugaan kebocoran data pengguna. Kesimpulannya, Traveloka tak ada sangkut paut dengan beredarnya bukti pemesanan terkait salah satu konsumen, dalam hal ini Munarman.
“Traveloka berkomitmen melindungi data pribadi konsumen. Kami menerapkan sistem keamanan ketat sekaligus berlapis, termasuk prosedur fisik, teknis, maupun organisasi untuk mencegah akses, pengumpulan, penggunaan, pengungkapan, penyalinan, modifikasi, pembuangan, atau risiko serupa lain yang dapat merugikan konsumen,’’ terang Reza, Senin (3/5/2021).
Transaksi lewat aplikasi bukan tanpa risiko. Kebocoran data pengguna bisa saja terjadi. Karenanya, inisiatif mengamankan akun mesti datang dari dua pihak. Selain pihak aplikasi, pengguna patut mengambil langkah untuk mengamankan data dan akunnya. Ia lantas berbagi sejumlah langkah sederhana untuk mengamankan akun dan data. Pertama, pelajari aplikasi yang Anda unduh menerapkan autentikasi jenis apa?
Terkait autentikasi, Pengamat Sekuriti dan Finansial Vaksincom, Alfons Tanujaya, menyebut aplikasi yang punya layanan bagus setidaknya menerapkan two factors authentication (autentikasi dua faktor). “Jangan merasa aman dengan user name dan password saja. Autentikasi dua faktor adalah perlindungan standar yang memberi keamanan tambahan andai nama pengguna dan kata sandi bocor,” ungkapnya.
Kedua, Ruby menyarankan Anda menggunakan kata sandi yang tak mudah dilacak dan ubah secara berkala tapi jangan terlalu sering untuk menghindari lupa. Ketiga, jangan gunakan sandi yang sama untuk beragam akun aplikasi dan email. Karena jika satu dibobol, maka akun Anda yang lain bisa disusupi. Saran keempat datang dari Alfons. Ia yakin di zaman sekarang tak mungkin Anda hanya mengunduh satu aplikasi di ponsel. Artinya, makin banyak aplikasi makin banyak nama dan sandi yang mesti dihafal. “Pakailah password manager. Dengan ini, Anda punya password master buat memayungi aneka nama dan kata sandi. Di sanalah, beragam sandi ciptaan Anda bersemayam dengan aman.”
“Kelima, perbarui sistem operasi aplikasi gadget dan PC Anda secara berkala termasuk antivirus untuk meningkatkan sistem keamanan. Keenam, jangan unduh aplikasi tidak resmi dan tak jelas manfaatnya. Apalagi mengunduh dari ‘toko’ tidak resmi. Sejauh ini, unduhan resmi bisa diakses di Play Store dan IOS,” papar Ruby.
Terakhir, Alfons mengingatkan langkah preventif. Sebelum membuat akun di sebuah aplikasi, perhatikan rekam jejaknya. “Tentu saja kita mesti memperhatikan rekam jejak aplikasi tersebut,” tutupnya.