Tips Herjunot Ali tentang Gimana Sebaiknya Para Cowok Berekspresi di Tinder
TABLOIDBINTANG.COM - Kamu pasti familiar sama beberapa stigma yang melekat pada kaum Adam, terutama saat mereka merasa ingin menangis atau sesederhana memakai baju pink, karena dianggap nggak maskulin. Bukan jarang juga, hal-hal seperti ini membatasi para cowok untuk lebih menjadi diri mereka khususnya saat ingin memulai suatu hubungan seperti di online dating app kayak Tinder.
Padahal, ini merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan diri loh! Berita bagusnya adalah anak jaman sekarang menjadi melek akan hal ini dan ikut andil dalam pembahasan seputar ‘positive masculinity’. Kamu pasti pernah liat bio-bio di Tinder yang menunjukkan kalau para cowok lebih terbuka, seperti misalnya: I love embracing my feminine and masculine side as it defends me from toxic masculinity, atau, maskulinitas bukan dari seberapa besar ototnya.
Well, apa itu ‘positive masculinity’? Kalau kata Herjunot Ali, “Positive masculinity is when you embrace your vulnerability. Dia tahu lelaki seperti apa dia!” Dengarkan baik-baik ya, boys! Nah, berikut beberapa pertanyaan yang kamu bisa jawab saat merasa ‘kurang maskulin’, khususnya saat ingin menjalin sebuah hubungan. Penting nih buat kamu yang suka gak pede ngobrol sama match di Tinder.
Who am I, really?
Kadang cowok juga suka bingung mereka maunya apa, karena itu pertanyaan ‘siapa sih gue sebenarnya?’ ini penting untuk ditanyakan ke diri kamu. Menurut Junot, setiap orang harus bisa menjadi pribadi yang authentic, termasuk para cowok. “It is a spiritual journey. Gak bisa overnight langsung jadi. Lo harus bisa terima komen setiap orang sampai lo gak peduli lagi,” kata Junot.
Inez Kristanti, seorang relationship expert, menambahkan, “Kita perlu sadar apakah ketika kita sedang usaha untuk impress orang, ternyata kita menjadi kehilangan diri kita sendiri.” Inez melihat hubungan itu akan lebih sehat jika kedua individu yang berbeda bisa saling menghormati supaya tercipta ruang untuk tumbuh. Being authentic itu kunci ya guys!
Nah, kalau di Tinder, perjalanan swiping kamu akan menjadi lebih mudah karena adanya Passion. Kamu bisa tetap menjadi diri kamu sendiri yang otentik dan memilih hal-hal yang kamu sukai seperti ‘gym’, ‘traveling’, atau pun ‘plant-based’, salah satu pilihan Passion yang baru-baru ini tersedia di aplikasi Tinder untuk kamu yang sedang mencoba gaya hidup baru sebagai seorang vegan. Siapa tahu kamu dapat match yang bisa berbagi minat dan walaupun kalian berdua memiliki Passion yang berbeda, it’s okay! Kamu gak harus ikutin dia, tapi tetap hargai apa yang dia pilih ya.
Why am I still single?
Pertanyaan satu ini sering kali membuat kita emosional, tapi itu tergantung bagaimana kamu ingin meresponnya. “Single itu pilihan, gak ada salahnya kok. Yang penting happy dan gak ngerepotin orang lain!” Nah, kamu bisa contoh respon Junot ini! Menurut Inez, singlehood itu memang pilihan setiap orang dan itu tergantung dari alasan serta tujuan masing-masing. “Ada yang memilih untuk berpasangan, ada juga yang enjoy being single,” tambah Inez.
Buat kalian yang sedang embrace singlehood, aktif di online dating app seperti Tinder merupakan kesempatan emas. Gak ada salahnya kan memperluas pertemanan kalian sambilan swipe right untuk bertemu match yang berpotensi. Jangan lupa juga untuk memulai pembicaraan dengan hal-hal menarik. Oh, hati-hati juga boys kalau mau pakai pick-up lines. “Kadang kita punya ‘template’ untuk menyapa orang. Tapi, kalau percakapan dimulai berdasarkan informasi yang dituangkan orang tersebut, bukan “hi” atau “hey” saja, bukankah akan lebih menarik lagi? Hahaha!” kata Inez. Junot pun memberikan contoh salah satu line andalannya adalah “I think you are good looking, I like you and I want to know you better.” Di Tinder, kamu juga bisa pakai GIF yang beragam untuk menggambarkan ekspresi dan bikin chat kamu dengan match semakin intens! So guys, time to swipe right!
Apa ekspektasi gue?
Pertanyaan yang cukup berat. Tapi gak akan susah untuk dijawab, kalau misalnya kamu tau apa yang kamu mau dan alasan kenapa kamu memilih single. Menurut Inez, di dalam suatu hubungan itu kita lebih baik punya ekspektasi yang realistis. “Penting loh untuk kita punya ekspektasi tertentu dalam hubungan, misalnya ekspektasi bahwa kita akan dihargai dan diperlakukan dengan hormat oleh dia. Jadi yang dimaksudkan ekspektasi di sini adalah ekspektasi yang realistis,” jelas Inez.
Junot juga menambahkan nih, katanya jangan memberikan harapan palsu kalau memang kita tidak mencari sesuatu yang serius, kaya pacaran! Kamu bisa bilang “I’m just looking for a cup of coffee, mate.” Tapi menurut Junot, ekspektasi itu bisa berubah dengan berjalannya waktu. Misal setelah kamu match dan kamu ngobrol sama dia, eh ternyata banyak topik yang asik kalian obrolin, berarti kamu bisa jadi cocok sama dia! Nah, ternyata memang apa yang ada di bio Tinder kamu itu penting. We will appreciate your honesty, boys!
Apakah kita saling membuat nyaman?
Gak gampang bisa sama-sama menjadi nyaman di sebuah hubungan. Tetapi hal ini yang paling dicari setiap orang, seperti yang tertulis di beberapa bio: “Boleh bagi nomor kalo sudah asik dan nyaman” atau “Tidak perlu yang neko-neko, cukup membuat nyaman dan berkesan”. Menurut Junot, kita akan merasa cocok sama orang yang satu frekuensi baik dari pemikirannya, hobinya, dan humornya! Satu hal penting yang harus kamu pahami juga, kita harus bisa menjadi nyaman dengan diri sendiri, sebelum kamu bisa membuat orang lain nyaman. Inez juga menambahkan, “We need to learn how to listen. Kuncinya adalah komunikasi karena perasaan nyaman akan timbul saat bisa ngobrol dengan saling menghormati.”
Untung Tinder mengerti hal ini dan selalu berusaha untuk membuat nyaman penggunanya. Salah satunya dengan adanya fitur Video Chat. Kalau kamu takut match kamu menjadi kurang nyaman untuk bertemu tatap muka ataupun pindah ke platform yang lebih personal, kamu boleh tawarkan untuk video chat. Kamu juga bisa menggunakan filter jarak atau distance agar bisa kenalan dengan match yang berada tidak terlalu jauh dari lokasi di mana kamu berada.
Kita cocok gak sih?
This can be a deal breaker atau deal maker! Menurut Junot dan Inez, kita gak bisa tahu apakah kita cocok dengan match kita secepat itu. “Iya! Gak mungkin secepat itu lah. Kan kita harus realistis, pelan-pelan semakin mengenal,” tegas Inez. Seperti seorang big brother, Junot berpesan untuk segera tinggalkan situasi yang terasa toxic. “Pertama kali ketemu, pasti menarik. Tapi setiap orang punya rahasia dan saat perlahan-lahan mulai kelihatan, apakah lo sanggup?”, kata Junot.
Kamu juga bisa eksplor banyak hal lagi di Tinder untuk cek kecocokan kamu dengan match kamu. Misalnya, dengan cek Prompt dan selera musik yang sudah terpampang di bionya. Intinya sih, jangan malas baca ya!
Semoga dengan adanya pertanyaan-pertanyaan ini, kamu bisa tetap menjadi diri kamu dan gak menjadi insecure lagi saat berkenalan dengan orang baru di Tinder ataupun di platform lainnya. Keep swiping, boys!