Peluncuran AMSI Crisis Center Sekaligus Edukasi Penanganan COVID-19 Bagi Pekerja Media
TABLOIDBINTANG.COM - Jumlah pasien akibat mutasi virus SAR-CoV-2, semakin hari semakin meningkat, termasuk pada pekerja media dan keluarga. Namun, seperti diketahui bahwa media adalah salah satu sektor esensial yang tidak bisa berhenti saat kondisi bencana, termasuk pandemi COVID-19.
Hal itu lah yang menggerakkan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) membentuk AMSI Crisis Center COVID-19.
Peluncuran AMSI Crisis Center dilaksanakan pada Selasa (29/7) kemarin bersamaan dengan Diskusi Publik “Edukasi Penanganan COVID-19 bagi Pekerja Media”.
Upi Asmaradhana, Koordinator Utama AMSI Crisis Center COVID-19 menyampaikan bahwa Tim Crisis Center dibentuk sebagai respon dari meningkatnya jumlah pekerja media yang terpapar COVID-19.
“Tim ini akan memberikan edukasi (preventif) pada anggota yang terpapar agar cepat pulih, dengan harapan menurunkan angka fatalitas dan ke depan tidak ada lagi anggota yang terpapar. Ini adalah upaya di tengah keterbatasan kondisi saat ini,” kata Upi.
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut menambahkan Tim Crisis Center ini berupaya membantu anggota.
“Kami ini membantu pekerja media yang bingung saat awal terpapar, baik dari aspek medis, psikologi dan lain-lain sehingga membutuhkan kolaborasi dengan para ahli,” ujar Wenseslaus Manggut.
Sementara itu Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh menyampaikan saat membuka sekaligus meluncurkan AMSI Crisis Center COVID-19 menyampaikan, “Pembentukan AMSI Crisis Center ini adalah langkah real. Dewan Pers menyampaikan penghargaan atas upaya untuk meringankan beban (pekerja media) ini,” ujarnya.
Nuh menyampaikan saat kondisi turbulensi COVID-19 ini diperlukan upaya-upaya bersama yang tepat sesuai kasus yang dihadapi.
“Diperlukan inovasi atau terobosan baru untuk menyelesaikan masalah baru (COVID-19), yang saat ini masih menjadi misteri ini. Perlu pendekatan multisektor, dilakukan bersama-sama didasari empati. AMSI Crisis Center-19 ini adalah bentuk empati,” mantan Rektor ITS dan mantan Mendikbud itu menambahkan.
Panelis yang diskusi yang hadir dalam diskusi ini adalah dr. Adib Khumaidi, SpOT (Ketua Terpilih PB IDI & Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia), Sani Budiantini Hermawan, S.Psi. (Psikolog Sadari.id), dan dr. Widjanarko Brotosaputro (Direktur Pyridam Farma), dan Dr. dr. Lia G. Partakusuma, Sp.PK, MM, MARS (Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia-PERSI).
Adib Khumaidi saat sesi diskusi yang berlangsung secara virtual ini menyampaikan konsep yang dibuat AMSI sejalan dengan yang akan didorong IDI yaitu penguatan civil society untuk menjaga anggota komunitas dari risiko paparan, sakit dan mengurangi tingkat keparahan dan meninggal.
“Dari IDI kami siap mendukung agar pekerja media tetap sehat melalui telemedicine atau konsultasi. Karena virus ini akan terus bermutasi, yang bisa diintervensi adalah lingkungan dan orang-orangnya, dengan membuat aturan (standar operasional prosedure/ SOP) untuk mengurangi risiko paparan,” ujar Adib.
Sani Budiantini Hermawan menambahkan, menjaga kesehatan mental pekerja media perlu sebagai upaya pencegahan atau terapi untuk pasien COVID-19.
“Jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan rasa tidak sanggup menghadapi kondisi ini,” ujarnya.
Sani menambahkan menjaga kesehatan mental dapat dilakukan oleh profesional atau orang-orang di lingkungannya dengan teknik yang baik.
Sementara Widjanarko Brotosaputro mengingatkan konsumsi obat-obat perlu dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan petunjuk dokter dan kondisi pasien.
“Termasuk mengkonsumsi vitamin tidak boleh berlebihan, perlu konsultasi dengan dokter atau apoteker. Jangan sampai karena takut COVID-1 kemudian mengkonsumsi obat-obat atau vitamin tanpa memperhatikan peruntukannya atau minum di luar takaran dosis. Apalagi jika mengkonsumsi antibiotik atau antivirus perlu hati-hati,” ujarnya.
Sedangkan Lia G. Partakusuma menyampaikan kehadiran komunitas dalam penanganan COVID-19 sangat diperlukan.
“Karena kita tidak bisa sendirian,” ujarnya. Saat ini dari 3084 rumah sakit, 989 rumah sakit ditunjuk menjadi rumah sakit rujukan COVID-19. Saat ini penambahan tempat tidur dari bulan Mei hingga 25 Juli telah naik tiga kali lipat menjadi 127.045 tempat tidur.
“Tapi penambahan fasilitas (ruang isolasi khusus pasien COVID-19), tidak bisa naik cepat sejumlah tempat tidur,” ujarnya.
Ia mengatakan jumlah keterisian tempat tidur mulai naik di berbagai tempat. Karena pasien yang datang ke rumah sakit dalam kondisi berat dan kritis.
“Karena itu penting bantuan dari komunitas untuk menekan melalui edukasi 3M untuk memutuskan rantai penularan. AMSI Crisis Center COVID-19 sangat penting, jika diperlukan membentuk command center,” katanya.
AMSI Crisis Center COVID-19 dipimpin Koordinator Utama yaitu Upi Asmaradhana (CEO KGI Network), dengan melibatkan pengurus AMSI pusat dan daerah, serta para ahli di bidangnya masing-masing seperti: dokter, psikolog, agamawan dll. Kalangan dokter yang telah menyatakan kesediaannya yaitu: dr. Tonang Dwi Ardyanto, SpPK, PhD (Direktur RS Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta), dr. Khoirul Hadi, SpKK (Dokter spesialis di Solo dan sekaligus penyintas COVID-19), dr. Adib Khumaidi, SpOT. (Ketua Terpilih PB IDI & Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia), dr. Mahesa Paranadipa Maikel, MH (Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi IDI & Ketua Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia), dr. Ulul Albab, SpOG. (Sekjen POGI JAYA).
Kalangan psikolog yang menyatakan mendukung tim ini adalah Susatyo Yuwono, S.Psi., M.Si. (Ketua HIMPSI Solo), Tim Psikolog Sadari.id, Elok Farida Husnawati, S.Psi. (HRD PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT). Sedangkan dari kelompok swasta yang bersedia memberikan dukungan adalah Pyridam Farma, dan jaringan Siloam Hospitals Group.
“Saat ini Tim Crisis Center terus menjajaki kerja sama dengan pihak-pihak lainnya,” kata Upi Asmaradhana, Koordinator Utama AMSI Crisis Center COVID-19. *