Catatan dari Pertemuan Ilmiah SGU, Siapkan UMKM Go Digital Agar Mampu Lewati Pandemi
TABLOIDBINTANG.COM - Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 telah berdampak ke berbagai sektor termasuk ekonomi, khususnya UMKM. Bank Indonesia menyebut, tidak kurang dari 87,5 persen UMKM terdampak pandemi Covid-19. Yang bikin miris, dari jumlah itu, 93,2 persen di antaranya berdampak negatif di sisi penjualan. Pandemi Covid-19 memberi tekanan pada aspek pendapatan, laba, juga arus kas. Berkaca pada fakta dan data ini, UMKM di Indonesia perlu ditolong dengan memanfaatkan inovasi teknologi digital.
Salah satunya dengan menerapkan konsep industry 4.0 yang memanfaatkan otomatisasi demi efektivitas dan efisiensi di proses manufaktur. Ini dibahas di simposium bertema “Achieving Competitive Advantage for Business Turnaround through Innovation During and Post Pandemic Era,” yang digelar pada 28 dan 29 Juli 2021. Hadir sebagai narasumber, Kepala BPPT Indonesia Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc, Direktur Eksekutif Asean Centre for Energy dan juga (Asc.) Nuki Agya Utama, Ph.D, Perwakilan Sunway University Malaysia, Professor Derek Ong Lai Teik, Ph.D., CStats, CSc., dan Acting Director of Directorate Marketing and Communications Swiss German University (SGU), Anthon Stevanus Tondo.
Anthon menyebut inovasi menjadi perhatian utama agar berhasil melewati pandemi Covid-19. “SGU memfasilitasi para ahli dari berbagai negara untuk ikut dalam pertemuan ilmiah yang digelar daring pada 28 dan 29 Juli 2021 dan menghadirkan berbagai pembicara dari dalam maupun luar negeri,” kata Anthon. Pertemuan ini diharapkan menjadi ajang pertukaran ilmu bagi para profesor, peneliti, pelaku usaha, dan mahasiswa. Dengan demikian, berbagai pihak memiliki pemahaman yang lebih komprehensif untuk menghadapi pandemi.
“Bertukar ilmu dengan Guru Besar dari Jerman, Jepang, atau Korea Selatan memberi tambahan pengetahuan bagi civitas akademika dalam mengembangkan pengetahuan serta teknologi baru,” imbuh Anthon. Dalam presentasinya, Hammam Riza menyampaikan sejumlah poin penting. Empat di antaranya yang patut dicamkan, yakni, pertama, Covid-19 telah menyadarkan kita semua bahwa kesiapan dan ketahanan nasional kita khususnya dalam menangani penyakit menular perlu mendapat perhatian serius.
“Kedua, dibutuhkan model ekosistem inovasi yang dibangun berdasarkan ‘kebutuhan’ bersama dan rasa kebersamaan yang kuat untuk melakukan sesuatu. Ketiga, inovasi teknologi untuk substitusi impor demi ketahanan nasional, sudah saatnya menjadi prioritas, termasuk upaya mendorong tumbuhnya industri hulu dan antarsektor kesehatan/farmasi. Terakhir, namun tak kalah penting, that valley of death innovation adalah nyata dan kita sedang mengalaminya,” ulas Hammam Riza.