Ramah Lingkungan dengan Konsep Gaya Hidup Baru Ethical Living for SDGs

Yoga Prakoso | 28 Juli 2021 | 15:03 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Gaya hidup ramah lingkungan belakangan didengungkan sejumlah pihak agar Bumi makin lestari. Salah satunya, PT Uni-Charm Indonesia Tbk. yang meluncurkan konsep new lifestyle “Ethical Living for SDGs.” Tak hanya memberi kenyamanan bagi konsumen, tapi bertujuan mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Ethical Living for SDGs menjadikan perusahaan maju dan beretika terhadap lingkungan di mana setiap orang dapat hidup nyaman. Ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi munculnya konsep “Ethical Living for SDGs.”

Salah satunya, patut dicatat, jumlah sampah di Indonesia sekitar 67 juta ton. Sekitar 7,2 juta ton adalah sampah plastik. Jumlah sampah yang dibawa ke TPA makin meningkat dari tahun ke tahun. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, menyebut Indonesia negara dengan jumlah sampah plastik laut terbesar kedua sejagat. Dibutuhkan upaya nyata menanggulangi semua ini. Upaya nyata pertama dari Ethical Living for SDGs adalah peluncuran Charm and Protect Pollution Mask edisi terbatas menggunakan kemasan kertas daur ulang 100 persen untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, pada 5 Juni 2021.

“Berikutnya, selain sampah organik, ada sampah popok sekali pakai, dengan mengacu pada contoh pengolahan sampah organik menggunakan larva Black Soldier Fly (Maggot BSF). Kami telah melakukan verifikasi bahwa sampah popok sekali pakai (pulp) bisa dikurangi dengan membuat larva tersebut memakan pulp yang disakarifikasi menggunakan selulase (enzim),” kata President Director of PT Uni-Charm Indonesia, Yuji Ishii, dalam webinar yang digelar pada Rabu (28/7/2021).

Maggot BSF ini punya kapasitas penguraian sampah organik sangat tinggi. Selain itu, larva yang menguraikan sampah organik dengan kecepatan tinggi tumbuh jadi pakan yang baik dengan kandungan protein tinggi. Ia menjadi solusi efisien, murah, dan ramah lingkungan. “Maggot dapat memakan pulp yang diolah dengan selulosa, memilah bagian plastik non-woven, polimer dan lain-lain serta kotoran Maggot juga dapat didaur ulang,” ulas Profesor Ishibashi dari Universitas Prefektur Kumamoto yang mendukung langkah ini.

Penulis : Yoga Prakoso
Editor: Yoga Prakoso
Berita Terkait