Mengenal Aneurisme Otak Yang Memicu Terjadinya Perdarahan dan Berakibat Fatal
TABLOIDBINTANG.COM - Pandemi Covid-19 membuat masyarakat makin melek terhadap kesehatan dari kaki hingga kepala. Salah satu hal yang patut diwaspadai yakni aneurisme. Diperkirakan sekitar 500 ribu orang meninggal setiap tahun.
Secara sederhana, aneurisme otak adalah kondisi saat dinding pembuluh darah otak melebar atau menonjol (ballooning) akibat lemahnya dinding pembuluh darah tersebut. Jika tonjolan ini pecah, dampaknya fatal yakni perdarahan hingga kerusakan otak. Ini terungkap dalam webinar “Flow Diverter: Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Pembedahan” yang digelar pada Kamis (16/9/).
Dalam webinar itu terungkap data bahwa pecahnya aneurisme diperkirakan dialami oleh satu orang tiap 18 menit. Ini dapat terjadi pada siapa saja. Yang lebih bahaya, sebelum pecah aneurisme kerap tidak memperlihatkan gejala apapun.
“Sehingga dianjurkan untuk melakukan brain check-up secara rutin. Meski tidak selalu berujung pada kematian, dampak dari aneurisme tidak ringan. Perubahan kualitas hidup penderita menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga,” terang Head of Neurosurgeon RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, dr. Abrar Arham, Sp.BS.
Kecacatan, perawatan, dan biaya pengobatan yang besar adalah faktor penting yang perlu dipahami penderita aneurisme otak. Perkembangan teknologi memungkinkan aneurisme otak bisa ditangani dengan banyak metode. Misalnya, operasi bedah mikro atau teknik minimal invasif endovaskular. Untuk mengevaluasi secara detail kelainan pembuluh darah otak, butuh pemeriksaan Digital Subtraction Angiography. Hasilnya membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisme ini. Teknologi minimal invasif berkembang pesat.
Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisme. Metode ini punya banyak keunggulan yakni prosedur relatif cepat, pascatindakan tak perlu perawatan ICU, mengurangi lamanya rawat inap, lebih nyaman untuk pasien, tak ada luka sayatan, dan angka keberhasilannya sangat tinggi hingga 95 persen. Rumah Sakit PON Jakarta, saat ini menangani kurang lebih 100 kasus aneurisme otak tiap tahun.
“Penanganan aneurisme otak ini butuh kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain lain. Selain itu butuh peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai juga mutakhir untuk mencapai tingkat keberhasilan yang baik,” Abrar menjelaskan.