Sistem Produksi Zero Waste, Upaya Kurangi Pencemaran Lingkungan Hingga Ke Titik Nol
TABLOIDBINTANG.COM - Polusi dan pencemaran seolah jadi masalah “langgeng” termasuk di Tanah Air. Pemerintah Indonesia serta pihak swasta terus berupaya menjaga keseimbangan dan ketersediaan sumber daya alam lewat proses produksi berkelanjutan. Mengacu gagasan Kementerian Bappenas RI, sektor industri diharapkan berperan aktif menerapkan ekonomi sirkular. Merespons kebijakan ini, PT Ajinomoto Indonesia telah menerapkan proses produksi ramah lingkungan. Pabrik PT Ajinomoto Indonesia di Mojokerto misalnya, menempuh banyak upaya mencapai Zero Waste yakni upaya meminimalkan dan mengurangi pencemaran lingkungan hingga ke titik nol.
Berbagai upaya itu meliputi pengurangan emisi karbon dan konsumsi air, penerapan Bio-Cycle serta Eco-Activity yang menghasilkan co-product pupuk AJIFOL, AMINA, bahan baku pakan ternak FML. Selain itu, peningkatan pengelolaan air limbah agar saat disalurkan ke Sungai Brantas kualitas airnya lebih baik sekaligus bersih. Perusahaan ini juga berkomitmen mendukung pelestarian lingkungan dengan mengurangi penggunaan air hingga 35persen. Aksi hemat ditempuh lewat peningkatan kualitas air di tiap aktivitas produksi.
“Selain mengolah produk samping cair dari hasil produksi MSG, kami di Agriculture Development Department mengolah by product dalam bentuk padat serta beberapa sampah domestik lain menjadi pembenah tanah GCC Mix, material pakan ternak TRITAN, dan beberapa co-product lain yang bernilai jual,” ujar Factory Manager sekaligus Direktur PT Ajinomoto Indonesia, Yudho Koesbandryo, lewat siaran pers yang kami terima pekan ini.
Tak kalah penting, Ajinomoto Indonesia menerapkan aktivitas produksi ramah lingkungan dengan pengurangan 38.500 ton emisi karbon dengan berbagai cara. Salah satunya, mengurangi konsumsi bahan bakar seluruh transportasi di tempat kerja. “Kami juga aktif mengerjakan kegiatan reduce, reuse, recovery, dan recycle untuk penggunaan air di setiap aktivitas yang ada. Meski penggunaan air hingga susut hingga 35 persen, kemampuan produksi MSG dan seasoning lain masih bisa meningkat,” ungkap Yudho.