Ini Akibatnya Jika Anak Kerap Menyaksikan Tindak KDRT di Rumah
TABLOIDBINTANG.COM - Korban kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT, baik dalam bentuk serangan fisik, penganiayaan emosional, dan kekerasan lainnya, pasti akan terganggu atau bahkan rusak kesejahteraannya.
Namun, meskipun dampaknya begitu buruk pada korban KDRT-nya langsung, ada anak-anak yang rentan terkena dampak akibat terus-menerus melihat tindak KDRT di rumah yang dilakukan ayah, ibu, atau anggota keluarga lainnya. Dampaknya secara psikologis, fisik, atau keduanya.
Pada kesempatan kali ini, terutama akan dibahas dampak jangka pendek paparan KDRT terhadap psikologis dan fisik anak. Karena hal ini yang sedikit banyak bisa membuat para pelaku dan korban tersadar lebih cepat untuk tidak terus mempertontonkan situasi kekerasan di hadapan anak.
Jika pelaku tidak bisa tersadarkan, minimal korban KDRT bisa lebih menunjukkan sikap tegas melawan dan tidak memberi kesempatan kepada pelaku untuk terus melakukan aksinya. Melansir Very Well, berikut 6 dampak jangka pendek yang patut menjadi perhatian.
1. Gangguan kecemasan
Anak-anak kemungkinan besar akan merasakan kegelisahan jika mereka selalu dikelilingi kekerasan yang dilakukan salah satu orang tua terhadap orang tua lainnya. Anak-anak ini akan hidup dalam keadaan tidak berdaya ketika serangan fisik atau verbal terjadi lagi di rumah. Hal ini dapat menimbulkan rasa cemas yang terus-menerus.
2. Terbentuknya sifat anti-sosial
Pada anak-anak usia sekolah, mereka akan mulai mengembangkan sifat-sifat anti-sosial dan mungkin berjuang melawan rasa bersalah atas kekerasan yang mereka saksikan. Anak-anak seperti ini biasanya disalahkan atas kekerasan yang dialami orang tua mereka. Sebuah keyakinan yang sangat merusak harga diri dan rasa percaya diri mereka.
3. Gangguan stres pasca trauma
Salah satu dampak langsung pada anak, yakni munculnya gangguan-gangguan psikologis yang nyata. Seperti perubahan pola tidur, kemarahan, mudah tersinggung, kesulitan berkonsentrasi, dan anak-anak akan mudah terbayang-bayang bentuk kekerasan yang pernah dilihatnya. Ini akan menjadi pengalaman yang sangat traumatis bagi anak.
4. Gangguan fisik
Ketegangan mental seringkali berhubungan dengan munculnya gangguan pada fisik. Anak-anak usia sekolah mungkin anak sering mengeluhkan sakit kepala dan sakit perut di sekolah akibay situasi tegang yang terjadi di rumahnya. Pada bayi, terdapat risiko lebih tinggi untuk mengalami cedera fisik secara langsung karena terus-menerus berada dalam situasi penuh kekerasan.
5. Munculnya perilaku agresif
Ketika remaja menyaksikan KDRT, mereka cenderung bertindak reaktif terhadap situasi yang ada. Anak remaja akan mudah terlibat perkelahian, bolos sekolah, atau mencoba-coba obat-obatan dan alkohol. Para remaja ini juga besar kemungkinannya untuk bermasalah secara hukum.
6. Anak rentan jadi korban kekerasan
Anak-anak yang tinggal di rumah tangga penuh kekerasan cenderung ikut menjadi korban perlakuan yang sama. Seseorang yang melakukan kekerasan terhadap pasangannya dapat dengan mudah melakukan kekerasan yang sama kepada anak-anaknya. Baik secara fisik, verbal, dan emosional.