Kampanyekan #BersuaraTiapHari, Trend Asia Corner Ajak Penikmat Musik Rock Suarakan Isu Krisis Iklim

Indra Kurniawan | 17 Desember 2024 | 10:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bertempat di festival musik tahunan Rock in Solo, Sabtu (14/12), Trend Asia mengampanyekan #BersuaraTiapHari.

Melalui kampanye ini, Trend Asia mengajak publik, khususnya para penikmat musik metal-rock, agar tak pernah berhenti menyuarakan setiap krisis yang mereka hadapi, khususnya isu krisis iklim.

“Kampanye #BersuaraTiapHari telah kami mulai sejak Pilpres 2024 lalu, tapi kami terus membawa kampanye ini sebagai pengingat bahwa suara kita sebagai rakyat tidak terbatas saat pemilu, tapi justru tiap saat. Apalagi saat ini, suara kritis rakyat sangat diperlukan untuk mengawal pemerintah,” ujar Irfan Alghifari, Tim Kampanye dan Advokasi Trend Asia.

Dampak krisis iklim belakangan ini semakin dirasakan masyarakat Indonesia, tak terkecuali di Jawa Tengah. Alih-alih berupaya menghambat pemanasan global, pemerintah Indonesia justru semakin kecanduan dengan industri ekstraktif. 

Di Trend Asia Corner, para pengunjung Rock in Solo diajak untuk melihat bentuk-bentuk pengrusakan lingkungan dan ketimpangan sosial yang terjadi di Indonesia melalui pemutaran film, diskusi bersama masyarakat adat dan musisi, stand up comedy, dan berbagai macam permainan interaktif. 

“Tak sedikit dari masyarakat Jawa Tengah yang berprofesi sebagai petani, tapi akibat krisis iklim, banyak petani mengalami pengurangan pendapatan yang signifikan karena cuaca yang tak menentu. Di musim hujan seperti sekarang, masyarakat di berbagai belahan wilayah di Indonesia dihadapkan dengan banjir bandang," tambah Irfan.

Kampanye #BersuaraTiapHari telah dimulai sejak Pilpres 2024. (Dok.Istimewa)

Selain melalui Rock in Solo, Kampanye #BersuaraTiapHari yang diusung oleh Trend Asia pernah dibawa dalam bentuk lain, seperti Tur Grup LAS! di Kalimantan Barat, Festival Iklim di Bali, dan beberapa festival literasi. 

Di Trend Asia Corner, juga diadakan peluncuran video klip Prahara Jenggala yang berkolaborasi dengan grup band Down For Life, grup musik metal asal Surakarta, Jawa Tengah. 

Video klip ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat adat dayak Kualan Hilir di Kalimantan Barat yang saat ini sedang menghadapi ancaman kehilangan ruang hidup mereka.

“Tujuan kami membuat video klip di Kalimantan Barat meski kami berasal dari Jawa Tengah karena kami ingin menunjukkan kepada pendengar kami bahwa kerusakan lingkungan itu terjadi di mana saja. Kami juga ingin mengajak para pendengar untuk peduli bahwa kerusakan lingkungan terjadi karena pemerintah kita yang kecanduan dengan pembangunan yang mengabaikan kemanusiaan dan itu memicu ketimpangan sosial, orang kaya yang merebut ruang masyarakat adat,” ujar Stephanus Adjie dari Down For Life.

Penulis : Indra Kurniawan
Editor: Indra Kurniawan
Berita Terkait