Kata Oma Telur Gabus: Dari Dapur Keluarga hingga Tembus Mancanegara
TABLOIDBINTANG.COM - Hal sederhana yang dilakukan dengan hati bisa menghasilkan sesuatu yang besar. Demikian perjalanan camilan telur gabus Kata Oma, yang dimulai dari dapur keluarga hingga bisa menembus pasar dunia.
Furiyanti, Senior Brand Manager Kata Oma Telur Gabus, berbagi cerita tentang awal mula telur gabus buatan sang ibu, yang merupakan wujud cinta kepada anak serta cucu-cucunya di rumah sejak 1980-an. Tanpa pengawet dan MSG, pemilihan bahan jadi hal utama dalam menghasilkan makanan enak dan juga sehat untuk keluarga tercinta.
"Ibu saya membuat telur gabus ini betul-betul dengan hati. Telur gabus Oma jadi favorit yang selalu ditunggu setiap ada acara kumpul keluarga," ujar Furiyanti kepada awak media, di Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Menjawab permintaan teman dan kerabat, Furiyanti memberanikan diri untuk memproduksi telur gabus Oma dan memasarkannya pada 2016. Saat itu Furiyanti memakai nama Telur Gabus Coocok untuk produknya.
Dalam waktu 2 tahun, penjualan telur gabus Oma terus bertumbuh. Telur Gabus Coocok berubah menjadi Kata Oma pada 22 Desember 2018, dengan tetap mempertahankan resep warisan ibunda. "Kata Oma, yang pasti kita itu we want to honour Oma. Karena memang ini resepnya dari seorang Oma yang autentik," Furiyanti menjelaskan makna di balik nama produknya.

Di 2019, Furiyanti mulai memanfaatkan reseller untuk memperluas jangkauan pemasaran Kata Oma. Peningkatan penjualan semakin signifikan setelah Unifam ambil bagian dalam proses distribusi. Di tahun yang sama, Kata Oma mulai masuk ke supermarket modern, seperti Ranch Market, Farmers Market, hingga The Foos Hall.
Perjuangan dan kerja keras Furiyanti seolah terbayar dengan diraihnya penghargaan Best UMKM Awards dari BRILIANPRENEUR 2020. Penghargaan ini sekaligus menambah rasa percaya diri dan optimisme untuk hadir secara lebih masif melalui jaringan minimarket seperti Alfamart, Indomaret, dan Familymart.
Di 2021, saat pandemi Covid-19 melanda dunia, Kata Oma justru berhasil memulai langkah pertamanya untuk export ke beberapa negara, seperti Amerika, Australia, Filipina, China, Kamboja, dan Taiwan. Ke depan, Kata Oma juga ditargetkan hadir juga di Singapura, Korea Selatan, hingga Vietnam.
Perjalanan Kata Oma bukan tanpa hambatan. Furiyanti terus memutar otak untuk menentukan strategi yang pas untuk membuat Kata Oma bertahan hingga sekarang. Utamanya dalam menjaga kualitas produk. "Produk itu nggak mudah ya, apalagi Kata Oma hanya menggunakan bahan alami, tanpa pengawet. Jadi apabila kualitas bahan dasar tidak stabil, pasti kualitas keseluruhan produk akan terpengaruh," ungkap Furiyanti.
Kondisi alam, menurut Furiyanti, turut menentukan kualitas bahan yang dipakai. "Misalnya untuk varian gula aren. Kegagalan panen aren bisa pengaruh ke rasa produk". Komitmen tinggi tersebut pada akhirnya mendatangkan kesuksesan bagi Kata Oma. Bukan hanya untuk keluarga Furiyanti, tetapi juga ratusan karyawan yang kini bernaung di dalamnya.

Potensi dan Peluang UMKM di 2025
Perjalanan Furiyanti bernama Kata Oma merupakan salah satu kisah sukses UMKM di Indonesia, yang memang memiliki potensi besar menembus pasar dunia. Dikutip dari situs Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI, UMKM menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, dengan kontribusi sebanyak lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap hampir 97% tenaga kerja. Sampai saat ini jumlah UMKM mencapai lebih dari 64 juta unit usaha.
Kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional Indonesia mencapai sekitar 15,7% dari total ekspor. Kontribusi UMKM terhadap ekspor tersebut akan terus ditingkatkan pada tahun ini sehingga akan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekspor sekitar 9% dalam lima tahun mendatang.
Menko Airlangga Hartarto menuturkan, pemerintah akan memberikan subsidi bunga hingga 5% bagi kredit investasi yang diambil pelaku UMKM di sektor padat karya, seperti makanan-minuman dan garmen. Dengan dukungan yang demikian besar dari pemerintah, langkah para penguasaha UMKM untuk menembus pasar global bukan lagi sebatas mimpi. Jadi, Tunggu Apa Lagi?