Almarhumah Nike Ardilla Dalam Kenangan Kakak
TABLOIDBINTANG.COM - SUATU hari, ketika sedang memacu kendaraan di sebuah jalan di kota Bandung, mata Alan Yudi, kakak almarhum Nike Ardilla, tertuju pada seseorang yang duduk di pinggir jalan. Sepertinya Alan pernah melihat sosok itu.
“Saya pernah melihat, orang yang pernah bersekolah di SLB Nike ada di pinggir jalan. Saya, kok sedih, ya. Sejak itu saya ingin membuat pelatihan juga untuk anak-anak SLB saat sudah besar,” harap Alan.
Alan mengenang masa lalu. Sebagai kakak dia rutin mengantar-jemput Nike sekolah. Waktu itu Nike masih duduk di kelas 3 SD. Di dekat rumah mereka tinggal seseorang dengan keterbelakangan mental.
“Dia (Nike) tanya kepada saya, ‘Aa, orang itu kenapa? Sekolahnya di mana?' Saya lalu menjelaskan kepadanya. Sejak saat itu dia ingin membuat sekolah khusus untuk orang seperti itu,” kenang Alan yang terpaut usia 5 tahun dengan Nike.
Nike berhasil mewujudkannya. Album kedua, Bintang Kehidupan, laris manis, penghasilannya sudah cukup banyak. Akhirnya ia menyisihkan sebagian dari uangnya untuk membangun SLB bernama Wawasan Nusantara pada 1992. Tiga tahun kemudian namanya diubah menjadi SLB Nike Ardilla untuk mengenang wafatnya Nike. Selama tiga tahun, Nike rutin mengunjungi anak-anak di SLB miliknya.
“Kalau pulang show atau ulang tahun, dia selalu datang membawa hadiah untuk anak-anak,” tutur Alan yang menyatakan keluarganya Nike masih mendapatkan royalti dari lagu-lagu Nike yang dinyanyikan ulang beberapa penyanyi.
Tidak hanya kenangan, Alan juga ingat betul pesan Nike, yang mudah luluh melihat ada orang yang menderita.
“Pesan Nike begitu mengena. Kalau mau berbagi, berbagilah, jangan melihat RAS atau kelas sosial, siapa saja harus dibantu. Itu yang Nike lakukan,” tegasnya.
Juga pribadi Nike sangat dirindukan oleh Alan. “Adik saya itu manja tetapi memang tomboi sekali,” kata Alan tersenyum.
Alan kembali mengenang saat Nike masih kecil, dia suka berlenggak-lenggok seperti peragawati.
“Kalau ada pertemuan di rumah kami, Nike suka berjalan di tengah-tengah kami, lalu disuruh menyanyi. Ia dimasukkan Papi ke sanggar untuk mengasah kemampuan seni,” tuturnya.
Mengingat kisah kehidupannya yang inspiratif, penggemar bahkan berniat membuat film tentang idola mereka. Alan sudah mendengar rencana itu.
“Itu dikembalikan kepada penggemar saja. Kalau ada yang menginginkan dibuatkan film, ya silakan saja. Pasarnya juga sudah ada. Penggemar pasti nanti menonton, kan,” ucap Alan.
(han/gur)