Bams eks Samsons: “Anak Saya Memperbaiki Tabiat Bapaknya”
TABLOIDBINTANG.COM - “Sekarang saya tahu mengapa Mama dan Papa sayang sekali kepada saya. Tidak ada yang lebih membahagiakan orang tua selain menyayangi anak sendiri. Sekarang, anak saya 1,5 tahun. Kalau ditanya apa yang bikin saya bahagia saat ini? Jawabannya: memiliki dan merawat anak.”
Itulah jawaban mantan vokalis Samsons, Bambang Reguna Bukit (32) alias Bams usai menjadi juri di ajang “Yamaha Folk Guitar 2016” di Mal Ciputra World 1, Jakarta.
Selain Bams, ada Denny Chasmala, Henry Budidharma, dan Is “Payung Teduh” yang juga bertugas sebagai juri. Bams menyebut keluarga prioritas utamanya.
“Sesekali saya tampil di ajang kompetisi seperti ini, semata untuk mengobati rasa kangen terhadap musik. Saya selalu rindu menyanyi karena saya suka menyanyi. Tapi kalau ditanya apa saya kangen ngeband, jawabannya tidak,” ucap Bams kepada Bintang. Tidak ada dalam agenda Bams untuk bermain band lagi karena sejak dulu bandnya hanya satu: Samsons.
Kalau pun kelak Bams ngeband lagi, pasti itu dalam rangka reuni Samsons. Ia tidak mau bikin band lagi karena tak mau mengulang dari awal. Ketika membentuk band, Bams harus memadukan pola pikir serta sifat beberapa orang, begadang lagi tiap hari di studio, bikin lagu, dan seterusnya.
“Jujur, ada beberapa band besar meminang saya untuk menjadi vokalis. Tapi maaf, saya tidak punya waktu. Kalau pun saya reuni dengan Samsons, itu 10 tahun setelah saya hengkang. Ada hal lain yang harus saya prioritaskan, istri saya Mikha Vita Wijaya dan anak saya Eleanor Regiana Bukit. Anak saya suka berenang, main flashcard, berhitung, serta menyimak buku. Itu bikin bangga karena saya kurang suka membaca buku. Soal minat baca, anak saya memperbaiki tabiat bapaknya,” lanjutnya.
Bams menggambarkan, si kecil sudah bisa berinteraksi dengan ayah ibunya. Sudah bisa berlari dan ingin memegang semua benda yang ada di rumah.
Selama 18 bulan mengasuh anak, ada momen yang hingga kini membekas di hati Bams yakni saat Eleanor mengucap kata Papa.
“Ia mengucap kata Papa di usia empat bulan. Saya terharu sekali karena saat itu ia lebih sering diurus ibunya. Saya sendiri masih ragu untuk menggendongnya. Bukannya apa-apa. Bayi berusia bulanan badannya masih ringkih. Itu sebabnya saya pikir-pikir untuk menggendongnya. Namun, ketika ia mengucapkan kata Papa, saya merasa seperti disapa dan diajak saya bermain lebih intim. Saya tidak mungkin melupakan momen itu,” ujar Bams, berbinar.
(wyn/gur)