Mahathir Mohamad Jadi Perdana Menteri Tertua di Dunia, Begini Sosoknya

TEMPO | 11 Mei 2018 | 17:50 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Mantan Perdana Menteri Malaysia terlama yang kemudian menjadi tokok oposisi, Mahathir Mohamad telah dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia ke 7 kemarin. Koalisi partai politik Pakatan Harapan, yang dipimpinnya. memenangkan pemilu Malaysia 2018 dengan meraih kursi mayoritas di parlemen Dewan Rakyat.

Mahathir Mohamad yang kini berusia 92 tahun akan menjadi pemimpin tertua di dunia yang terpilih melalui proses demokrasi. Dia mengalahkan bekas anak didiknya, Najib Razak, yang menjadi Perdana Menteri Malaysia selama 9 tahun terakhir. Keduanya berseteru setelah terungkapnya skandal dugaan korupsi 1MDB, yang melibatkan uang publik triliunan rupiah.

Pakatan Harapan memenangkan mayoritas di parlemen Malaysia dengan meraup 113 kursi melawan 79 kursi yang didapat koalisi partai berkuasa, Barisan Nasional. Ini merupakan pertama kalinya terjadi perubahan pemerintahan, yang dikuasai BN sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1957.

Mahathir Mohamad yang pensiun pada 2003, kembali muncul di gelanggang politik pada 2016 dan bergabung dengan partai oposisi setelah murka oleh skandal korupsi yang menyerat nama Perdana Menteri Najib Razak. Dia lalu keluar dari Partai Umno dan mendirikan Partai Pribumi Bersatu Malaysia.

Mahathir Mohamad adalah salah satu anggota pertama dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang dibentuk untuk berjuang meraih kemerdekaan dari Inggris. Mahathir terpilih sebagai anggota parlemen untuk pertama kalinya pada 1964. Dia kehilangan kursinya lima tahun kemudian, dan dikeluarkan dari UMNO setelah mengkritik Perdana Menteri pertama Malaysia, Abdul Rahman, saat kerusuhan ras Melayu--Cina.

Kembali bergabung dengan UMNO pada awal 1970, Mahathir Mohamad menjadi pemimpinnya pada 1981 saat menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia untuk pertama kalinya.

Mahathir memerintah Malaysia selama 22 tahun hingga 2003, yang membuatnya menjadi perdana menteri terlama di negara itu. Dia dikenal sebagai bapak modernisasi Malaysia, dan berhasil menakhodai negara itu melalui krisis Asia 1998 dan mengubahnya menjadi "macan ekonomi".

Sebagai Perdana Menteri, Mahathir juga menampilkan dirinya sebagai juru bicara dunia Muslim setelah serangan 11 September di Amerika Serikat. Dia mendukung "perang melawan terorisme" pimpinan Amerika Serikat. Pembangunan Menara Kembar Petronas Kuala Lumpur terinspirasi oleh visinya untuk menjadikan Malaysia sebagai pemain global.

Mahathir juga dikenal karena pendekatannya yang keras, yang membuat banyak lawan-lawan politiknya dipenjarakan. Satu kasus paling terkenal adalah saat Mahathir menumbangkan Wakil Perdana Menterinya saat itu, Anwar Ibrahim, selama krisis keuangan Asia pada tahun 1997 dan memecatnya pada 1998. Anwar yang kemudian beralih menjadi oposisi dan memimpin protes massa reformasi politik, ditangkap di bawah Undang-Undang Keamanan Internal, yang kontroversial di Malaysia. Anwar lalu dipenjarakan karena kasus sodomi dan korupsi. Anwar membantah tuduhan itu dan menyebutnya bermotif politik.

Pada 2016 keduanya bersatu dan mulai berjuang untuk menggulingkan Perdana Menteri Najib Razak. Poster Mahathir dan Anwar dipasang di banyak lokasi kampanye, yang dihadiri ratusan hingga ribuan massa pada pemilu Malaysia 2018. Mahathir juga sempat mengunjungi Anwar di dalam penjara. Peristiwa ini mendapat liputan besar media dalam dan luar negeri. "Saya berutang kepada Anwar," kata Mahathir yang mengaku sedih dengan penderitaan yang harus dialami keluarga Anwas saat berpidato menjelang masa kampanye.

Mahathir Mohamad juga pernah mengatakan akan menyerahkan kursi Perdana Menteri kepada Anwar pada saat kampanye pemilu Malaysia. "Secepatnya setelah dia keluar dari penjara. Tentu dia harus mengikuti proses pemilu dulu agar bisa menjadi anggota parlemen. Seperti itu aturan konstitusinya," kata Mahathir dalam jumpa pers baru-baru ini seperti terekam dalam video Channel News Asia yang diunggah ke Youtube.

Bersama dengan bekas Presiden Indonesia, Suharto, dan Lee Kuan Yew, bekas Perdana Menteri Singapura, yang juga memimpin dengan waktu yang lama, Mahathir Mohamad menjadi salah satu pemimpin terkuat di Asia Tenggara.

"Atuk sudah tua, waktu sudah tidak lama lagi," kata Mahathir dalam sebuah video yang diunggah diakun Twitter @chedetofficial. Mahathir mengatakan dia maju kembali sebagai PM untuk memperbaiki kerusakan Malaysia akibat praktek korupsi yang diduga kuat dilakukan Najib Razak. "Malaysia dipimpin koruptor, yang mencuri uang rakyat," kata Mahathir blak-blakan dalam berbagai kesempatan kampanye. 

Memenangkan pemilu 2018, Mahathir Mohamad mengatakan tidak akan membalas dendam terhadap Najib Razak. "Kami ingin memulihkan kedaulatan hukum. Jika Najib bersalah biarkan dia menghadapi konsekuensi hukum." Mahathir mengecam Najib karena membuat citra Malaysia rusak dari negara demokrasi menjadi negara kleptokrasi, yaitu elit mencuri uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait