Kisah Kedekatan Luna Maya dengan Ibunya, yang Dia Anggap Simbol Ketegaran
TABLOIDBINTANG.COM - Naluri berbisnis didapat Luna dari ibunya yang menggeluti bisnis garmen selama bertahun-tahun. Dari ibunya, ia belajar bahwa dalam bisnis seseorang harus terjun langsung. Kalau perlu, belanja bahan baku sendiri agar tahu bagaimana prosesnya dari hulu ke hilir.
Luna Maya dikenal sangat dekat dengan ibunya. Bulan lalu misalnya, Luna mengunggah foto bersama ibu ke akun Instagram. Keduanya saling menatap dan tersenyum. Tak banyak yang ditulis Luna di kolom keterangan foto. Ia hanya menulis kata ibu disertai gambar hati. Ringkas, namun foto ini banjir pujian.
Lebih dari 240 ribu warganet memberi tanda hati untuk foto ini. Mayoritas warganet mengaku suka dengan ibunda Luna yang dikenal rendah hati. Yang lain saking kagumnya sampai ingin mengirim bunga. Ada pula yang terharu karena mendadak teringat almarhumah ibu setelah melihat foto itu.
Membahas ibu membuat hati Luna berdesir. Ia menyebut, ketika masalah bertubi menindih dan semua pintu solusi seolah rapat terkunci, melihat wajah ibu seolah melihat harapan. Senyum ibu, kata Luna, bagaikan jalan keluar.
“Mama saya orang tua tunggal karena ditinggal suami sekitar 20 tahun lalu. Ia perempuan yang kuat dan tegas. Saya bangga padanya. Di sisi lain, Mama seperti ibu pada umumnya yang memperhatikan hal-hal detail tentang putrinya. Mama selalu mengingatkan saya pentingnya hidup sehat. Makan menu yang segar, jangan mengonsumsi menu yang sudah dingin, dipanaskan, atau diawetkan. Ia juga mengingatkan saya agar mengurangi konsumsi daging. Karenanya saya mengurangi konsumsi daging hingga 80 persen,” ungkap Luna.
Ia menambahkan, “Mama sosok yang selalu saya dengar dan hargai. Kadang ia masih menganggap saya anak yang belum tahu banyak hal. Meski demikian, Mama bukan orang yang tidak mau dikritik. Mama terbuka pada kritik dari siapa pun selama disertai alasan kuat. Mengkritik boleh tapi harus memberikan solusi alternatif. Saya belajar banyak dari Mama.”
Luna menyebut ibunya simbol ketegaran. Tampaknya, Luna mewarisi ketegaran itu. Saat semua orang menyebutnya mengalami fase jatuh sejatuh-jatuhnya, emosi Luna tidak tersulut.
“Fase sejatuh-sejatuhnya? Ya. Kalau ditanya setelah itu adakah kejatuhan berikutnya, ada. Jangan dikira setelah itu tidak ada kejatuhan lagi. Kemarin, khususnya dua tahun ke belakang, saya mau menggaji para pegawai saja bingung uangnya dari mana. Pekerjaan hampir tidak ada, dalam berbisnis saya salah mengambil keputusan.”
(wyn / gur)