BCL - Ashraf Sinclair: Cinta Berbungkus Kejujuran yang Bersifat Brutal
TABLOIDBINTANG.COM - Pasangan Bunga Citra Lestari dan Ashraf Sinclair menikah pada 2008. Selama menikah, pasangan ini punya cara sendiri dalam menyelesaikan persoalan rumah tangganya.
“Kami punya asas brutally honest atau kejujuran yang bersifat brutal. Saya tahu dia suka apa. Kalau lagi marah saya mesti bagaimana. Orang lain boleh memberi tahu saya, 'Ashraf tadi berbuat begini, begini.' Jangan khawatir, saya pasti tahu dari Ashraf langsung. Begitu pula sebaliknya,” cerita Bunga Citra Lestari dalam wawancara dengan Tabloid Bintang Indonesia pada 2017 lalu..
Ashraf Sinclair mengamini kejujuran yang brutal itu. Menurutnya, pertengkaran itu biasanya dimulai karena takut bicara jujur kepada pasangan. Khawatir kalau nanti berterus terang, pasangan akan ilfil dan pergi. Yang terjadi kemudian, biasanya malah lebih buruk daripada perkiraan.
Pasangan mendengar fakta tersembunyi itu justru dari orang lain. Akibatnya, pertengkaran tepercik. “Tapi saya, sih berani mengambil risiko (pasangan ilfil). Dengan begitu kami tahu hal-hal berharga yang selama ini kami miliki berdua,” tukas Ashraf.
Berdasarkan pengalaman Bunga - Ashraf, setiap tahun ada saja masalahnya. Keduanya mengaku setelah kelahiran anaknya, Noah, tak serta-merta menyurutkan frekuensi pertengkaran. Lahirnya seorang anak memang sesuatu yang indah, namun mendatangkan tantangan tersendiri. Faktanya, banyak juga yang setelah punya anak malah bercerai. Bunga - Ashraf tidak ingin menghakimi, melainkan berusaha memahami mengapa itu bisa terjadi. Kemudian, berkaca pada rumah tangga mereka sendiri.
“Rupanya begini. Satu anak lahir itu artinya, ada karakter baru dalam rumah tangga kami. Ritme kehidupan mau tidak mau berubah. Cukup stressful,” aku Ashraf Sinclair seraya menambahkan, “Jujur kami tidak mengalami early childhood yang santai dan enak dengan Noah. Kami penuh perjuangan dan kerja keras. Kami sebagai orang tua ingin dekat banget dengan anak tapi faktanya kami bukan orang tua yang sempurna. Maka kami harus menerima keadaan itu.”