Berbincang dengan Hanna Sukmaningsih, Puteri Almarhum Kasino Warkop
TABLOIDBINTANG.COM - “Ada yang mau saya bicarakan denganmu,” beri tahu Indro kepada Hanna Sukmaningsih (40) saat bertemu di sebuah acara, tahun lalu.
Topik pembicaraan itu, keinginan Falcon Pictures membuat film Warkop DKI Reborn.
Saat itu Hanna sadar ayahnya, Kasino Hadiwibowo, aktor besar yang dicintai banyak orang sampai sekarang.
Sehari menjelang ulang tahun Warkop DKI ke-43, kami berbincang dengan Hanna di teras rumahnya di Rawamangun, Jakarta Timur.
Ia mengenakan pakaian hitam bergambar wajah Dono, Kasino, dan Indro. Hanna putri pasangan Kasino dan Amarmini. Saat kecil tak tahu-menahu soal pekerjaan ayahnya.
Namun, ia memiliki momen penting dengan ayah. Pada 1979, Hanna diajak orang tuanya menonton film Warkop DKI pertama, Mana Tahaaan.
Waktu itu usianya masih 3 tahun. Keluarganya tinggal di Jalan Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat. Tak jauh dari kediaman mereka ada bioskop legendaris, Megaria (kini Metropole XXI-red.).
“Kami bertiga jalan kaki ke sana,” Hanna mengenang.
Hanna duduk di kursi depan. Dia melongok ke belakang dan memperhatikan sesuatu.
“Kok penonton sedikit sekali. Ternyata beberapa hari kemudian film itu meledak,” ujar Hanna.
Film Mana Tahaaan gerbang kesuksesan Warkop DKI.
“Itu film favorit saya. Saya suka cerita Warkop DKI sebagai mahasiswa dan lagu-lagunya bagus,” sanjung Hanna.
Seiring waktu, ia memahami profesi ayahnya. Lantas seperti apa Kasino di rumah?
“Suka ngocol, tapi kalau dengan saya berbeda. Dia kebapakan sekali,” tuturnya.
Hanna masih ingat saat ia pulang terlambat ke rumah, Kasino murka. “Sudah terlambat pulang, saya tidak izin. Papa marah sekali,” Hanna menyambung.
Menjadi anak seorang legenda komedi terasa dampaknya ketika Hanna melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia. Di Kampus Kuning itu juga Kasino kuliah, tepatnya di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik.
“Sementara saya kuliah di Fakultas Psikologi. Waktu ospek saya jadi bahan lelucon para senior. Kalau dipanggil, saya harus menjawab: gila lu, Ndro” kenangnya seraya menambahkan, “Namun, Papa melarang saya menjadi artis, yang penting jadi sarjana dulu”.
(han/gur)