Kisah Sedih Muhadkly Acho Ditinggal Wafat Istri yang Baru 8 Bulan Dinikahinya
TABLOIDBINTANG.COM - “Semoga engkau bahagia di tempat baka, yang aku sendiri tidak tahu di mana persisnya. Yang terbaik untukmu. Aku minta maaf jika selama hidupmu, aku pernah membuat kesalahan dan belum mampu membahagiakanmu. Semoga di sana, engkau juga mendoakanku yang sedang berusaha melanjutkan hidup".
Itulah sepenggal doa yang dibisikkan stand-up comedian, Muhadkly Acho (33) di makam sang istri, Rosfika Nursiandiny, beberapa hari sebelum ia melangsungkan pernikahan keduanya.
Pusara Rosfika mengajak Acho sejenak melintasi kenangan. Ingatan Acho dibawa ke tanggal 5 Desember 2009, saat ia menikahi Rosfika di Bogor, Jawa Barat.
Usai menikah, mereka menjalani hidup dengan bekerja di Jakarta. Sekali sepekan mereka pulang ke Bogor untuk membuka kado-kado pernikahan.
Sayang, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ramadan 2010, tragedi yang tak diinginkan itu terjadi.
Cerita bermula ketika Rosfika menawari Acho menu berbuka. Pilihan jatuh pada menu seafood.
Pasangan muda ini berbuka bersama orang tua dengan kepiting. Setelah mengudap, Rosfika mengeluh pusing. Ia beringsut ke kamar untuk rihat, berbaring.
Sejam kemudian, Acho mendapati Rosfika kejang-kejang. Semula, Acho menduga istrinya keracunan. Dugaan itu terkoreksi. Jika kepiting itu beracun, kenapa hanya Rosfika yang kejang-kejang?
Sadar ada yang janggal Acho bergegas melarikan istri ke salah satu rumah sakit. Benar saja. Sehari setelah dirawat intensif, Rosfika koma selama delapan hari.
Bintang film Catatan Akhir Kuliah itu benar-benar terpukul. Puncaknya, saat dokter menyampaikan berita duka pada hari kedelapan. Dokter mengatakan, istri Acho mengidap aneurisma.
“Secara sederhana dokter menjelaskan aneurisma itu perdarahan di batang otak. Pembuluh darah pada batang otak pecah. Sangat susah untuk dioperasi karena itu bagian yang sangat sensitif. Jangankan dioperasi, disentuh saja bisa memicu kematian. Itu pusat dari celebrum (Otak besar),” kenang Acho ketika berkunjung ke kantor Bintang, pekan ini.
Yang dilakukan tim dokter kala itu, memperpanjang hidup Rosfika dengan memasukkannya ke ruang ICCU. Dokter menggambarkan sistem saraf Rosfika telah rusak. Ia susah bernapas. Maka, diperlukan sejumlah alat medis untuk menyambung dan mempertahankan hidupnya. Yang membuat Acho sangat syok dan kehilangan, tidak ada firasat, pertanda, atau gejala spesifik apa pun. Beberapa bulan sebelum pergi, almarhumah sering mengeluh sakit kepala. Hampir setiap minggu.
“Saat saya ajak ke rumah sakit, Rosfika menolak dan berpikir ini hanya sakit kepala biasa. Ia hanya meminum obat sakit kepala pada umumnya. Ia meninggal pada 20 Agustus 2010. Kami baru delapan bulan menikah,” ujarnya lirih.
Acho tidak mampu menggambarkan dengan detail rasa sakit ketika pulang ke rumah usai mengebumikan Rosfika. Setibanya di kamar, ia memandangi kado-kado pernikahan yang ditata rapi di kamar. Belum sempat dibuka, istri dijemput Sang Mahapengampun.
Ketika terendam kesedihan, Acho bertanya kepada Sang Pencipta. “Kala itu saya bertanya kepada Tuhan: mengapa harus saya yang mengalami tragedi ini? Saya frustrasi. Mental rasanya ambruk,” akunya.
(wyn/gur)