Aktris Pendukung Tahun Ini: Christine Hakim (Kartini)
TABLOIDBINTANG.COM - Ngasirah membongkar paksa dua kayu yang melintang dan menutupi kamar Kartini (Dian Sastrowardoyo). Ia membantu Kartini, yang dikurung oleh ibu tirinya, keluar dari jendela lalu mengajaknya berjalan-jalan ke danau. Dua wanita dari dua generasi ini menghadap danau yang tenang. Percakapan di pinggir danau itu membuat emosi penonton seperti diaduk-aduk setelah Ngasirah mengingatkan putrinya, “Dan kata apa yang tidak ada dalam aksara londo itu? Bakti.”
Saat itulah, pahlawan emansipasi Indonesia yang terbelenggu mendapatkan kebebasannya kembali. Ia bebas menentukan jalan untuk tetap berada di Indonesia, melepaskan peluang meraih beasiswa. Pelepasan kesempatan meraih beasiswa itu membuka jalan bagi Agus Salim, tokoh lain yang juga dikagumi negeri ini.
Posisi Ngasirah menjadi sangat krusial dalam biografi Kartini, yang digarap dengan asyik oleh Hanung. Ngasirah memberi dampak besar terhadap sudut pandang karakter utama, dibawakan dengan sangat meyakinkan oleh kolektor 8 Piala Citra, Christine Hakim.
Kami tidak akan lupa pada cara Christine Hakim menyetrika baju, memunggungi kamera, mendengar pemberontakan anaknya melawan titah ibu tiri. Punggung Christine Hakim bergetar. Kumpulan arang yang ada dalam sterika ambyar. Seambyar perasaanya menyaksikan Kartini yang dibuat tak berdaya.
Puncak akting Christine Hakim terjadi saat Kartini menikah. Sebelum naik ke pelaminan, ia menghampiri Ngasirah. “Ni pamit ya, Bu. Ni mau jadi Raden Ayu.” Ngasirah memegangi tangan Kartini sembari tetap bersimpuh dengan air mata mengucur. Itu kali terakhir ia melihat putrinya.
Inilah bukti bahwa porsi peran tak pernah mampu menghalangi kegemilangan akting seorang Christine. Ia menyita hampir seluruh perhatian kita. Ngasirah sumber inspirasi Kartini, yang kini menginspirasi jutaan wanita di negara ini. Dan Christine Hakim berhasil membuat kita percaya bahwa dialah Ngasirah, ibu sang pelopor emansipasi.